Thursday 7 October 2010

Akomodasi: Saatnya berbagi dan saling mengerti

(PS: kemarin sempat menulis cerita tentang tema yang sama dalam Bahasa Inggris, namun karena laptop ngambeg beberapa saat, terpaksa 'dibunuh' dan setelah re-start, ternyata tulisannya hilang entah kemana... aarrrggg!!)

Setelah sempat berpindah-pindah tempat sebanyak 4 kali, ini adalah flat terakhir sebelum pulang kampung akhir bulan nanti. Pada 3 akomodasi sebelumnya, perasaan akan kepemilikan 'power' dan meng-okupasi kamar secara mutlak begitu kuat. Fleksibilitas melakukan 'apa pun yang ku-mau dapat ku-lakukan' di ruangan yang 'hanya ada aku disana' sangat terasa. Namun di flat keempat sekarang ini, berbagi flat dan kamar dengan seseorang terasa begitu berbeda. Setiap saat hanya berdua... Sangat berbeda!

Cerita tentang akomodasi selama di England, dimulai dari Flat 43E Floor 2nd Lewes Court, flat pertama yang didiami selama sebulan penuh saat mengambil kelas Bahasa Inggris (Pre-sessional Course) sebagai persiapan sebelum memulai kuliah 'yang sesungguhnya'. Lewes Court terletak di dalam kampus (on campus), tepatnya di sisi utara University of Sussex. Flat 43 memiliki 5 kamar dan hanya terisi 4 (kamar terakhir diisi oleh mahasiswa Turki yang tiba 2 minggu setelah pre-sessional berjalan). Mendiami flat bersama 3 orang asing untuk pertama kali ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Sangat menarik malahan!! (walaupun setiap akhir pekan jaringan internet sering kali error dan tertutupnya ruangan laundrette setiap kali ingin cuci pakaian). Di flat ini lah dimulai praktek berbicara dalam Bahasa Inggris yang sebenarnya. Berinteraksi dengan dua flatmates dari Cina dan satu dari Slovakia sangat menyenangkan, terutama saat pada waktu yang bersamaan ngumpul di dapur dan masing-masing menyiapkan makanan untuk makan malam. Walaupun sering kali shock dengan keadaan dapur yang 'porak poranda seperti diterjang badai', keingintahuan berbagi pengalaman dan cerita dari negeri lain sangat kuat. Terlebih-lebih saat mengetahui bahwa salah satu flatmate Cina ternyata lahir dan besar di salah satu daerah Muslim di negeri Great Wall tersebut. Pengetahuannya akan tradisi dan paktek-praktek agama (Islam) sehari-hari menciptakan kenyamanan dan melenyapkan 'sedikit' kekhawatiran, terutama masalah penyimpanan bahan makanan (yang tidak bercampur dengan non-halal) dan alat-alat dapur (yang tidak terkontaminasi bahan makanan non-halal). Begitu bersyukurnya mendapat kemudahan ini saat pertama kali menyadari kesesakan hati manakala 'kemiskinan bahasa' seringkali menghambat pembauran dengan classmates dan para tutor di kelas.

Flat kedua ada di 51-53 King's Road yang berhadapan langsung dengan Pantai Brighton. Gedungnya punya lokasi yang sangat strategis untuk plesiran dan refreshing, namun lokasi yang sangat buruk untuk belajar, terutama bagi mahasiswa Postgraduate. Mengingat penduduk setempat sangat menikmati saat-saat hanging out bersama teman dan kerabat di malam hari (dan of course akhir pekan), akomodasi ini dikelilingi klub-klub malam dan bar. Jadi, sangat tidak nyaman jika akhir pekan sudah mendekat, terutama bagi yang 'sial' dapet flat terbawah dan menghadap jalan atau bar. Tidur malam yang diharapkan nyenyak dan nyaman bakal dikawal riuhnya teriakan Brightonians. Namun, tinggal selama 4 bulan di flat ini tidak selalu 'tidak enak'. Terutama sekali jika mempunyai teman-teman se-flat yang seru dan orang 'bersihan'. Flat 8 lantai 3 punya 6 penghuni wanita yang berasal dari negara yang berbeda; Indonesia, Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Mexico dan India. Berbagi cerita di dapur merupakan menu sehari-hari sembari, setiap Jumat, memberi dukungan kepada dancer favorit di 'Strictly Come Dancing'-nya BBC One. Banyak pengalaman yang sangat tak terlupakan selama menjadi bagian dari King's Roaders;
1) Berurusan dengan polisi-polisi 'keren' gara-gara ada kasus pemukulan dan perampokan seorang wanita jam 3 pagi disekitaran flat. Dua kali pintu digedor dan diinterogasi disaat-saat ternyaman untuk tidur malam... hiks.
2) Berhamburan keluar gedung flat sekitar jam 3 pagi (dua kali) gara-gara ada mahasiswa penghuni salah satu flat yang dengan sadar (atau tidak) mengepulkan asap (perhaps rokok?) di kamar (or flat?). Semua kejadian selalu terjadi saat kedinginan malam (atau dini hari) sangat menggigit dan selalu di saat hampir semua penghuni terlelap terbuai mimpi di pantai kapuk. (PS: jika menggunakan 'berhamburan', itu artinya bahwa alarm berbunyi secara tiba-tiba dan sedikit waktu untuk menyambar pakaian yang layak untuk suhu udara 'lumayan' rendah. Itu juga berarti, bersiap-siaplah menggigil di luar selama petugas pemadam kebakaran dan polisi periksa-periksa gedung hampir selama 45 menit...bbrrrr).
3) Room 8A dapat dikatakan sebagai tempat persinggahan sementara teman-teman yang lelah seharian jalan di pantai. Keseringan terjadi pada saat cuaca tiba-tiba berubah dan menjadi buruk, terlebih angin laut yang tiba-tiba meliuk-liuk ganas... (Am I right, Mrs. A?)
4) Flat 8 Floor 3rd hampir selalu ada pesta makan-makan, khususnya untuk anak-anak Jepang dari Flat 3 dan 15 (Kanae dan Saori) yang notabene adalah penggemar berat Nasi Goreng. Secara penduduk flat 8 juga adalah penggemar makanan tersebut, jadinya klop deh dengan makan-makannya...
5) Lagi-lagi, Flat 8 Floor 3rd sering punya acara makan-makan gara-gara ada yang ultah... Saat inilah semua orang di flat menunjukkan keahlian mereka meramu masakan yang biasanya untuk berbagi dengan yang lain. Walaupun total semua ada 6 orang di flat, namun terhitung 2 ultah yang berhasil di-pesta-kan.. Betapa senangnya bisa makan-makan gratis.. hoho!!
6) Pertama kali menikmati hamparan salju di tepi pantai. Bagi sebagian besar orang Indonesia (Asia Selatan dan Tenggara secara umum), salju adalah benda yang paling dinanti-nanti datangnya. Sebuah pertanyaan; 'mengapa tertarik ke Eropa atau Amerika Utara?', jawab; 'Ingin melihat dan merasakan salju'... Dan ada satu hal yang terlupakan pada saat bertemu dengan salju yang sebenarnya; 'DINGIN'!!!


7) Sangat terkejut saat pertama kali mendapat sapaan 'Assalammualaikum' dari cewek blonde Amerika dari belakang (saat posisi berada di depan sink!!) di flat. Inilah sapaan Islami yang pertama kali didengar dari bule yang kemudian hari diketahui adalah seorang 'mualaf' beberapa bulan sebelum dia ke England dan terdampar di Flat 8 King's Road. Sempat malu (kemudian hari) karena tidak menjawab saat di sapa oleh sesama Muslim.. (I'm so sorry, J).

Akomodasi ketiga adalah berupa rumah yang di-sharing kamar-kamarnya oleh 5 orang mahasiswa. Kebetulan kepindahan ke 26 Ashurst Road ini bertepatan dengan mulai lebatnya salju Januari mengguyur bumi. Perbedaan yang tajam antara suasana King's Road yang hangat dan ramai, berubah secara tiba-tiba menjadi dingin dan sunyi. Kesan pertama terhadap rumah dan seisinya adalah kusam dan kotor. Jujur, memasuki rumah ini berarti harus merubah kebiasaan hidup bersih di King's Road menjadi kebiasaan yang 'kalo kamu ingin bersih ya bersihkan saja, kalo ga mau yah biar aja seperti itu'... Semua sifat yang selalu ingin melihat dapur dan toilet bersih menjadi berubah drastis menjadi sifat ga peduli sama sekali...huhu... Hingga pada suatu saat, housemate baru dari Indonesia protes, 'kq bisa sih pake toilet yang super dupper kotor begitu?'... hiks (lagi)!!. Walau bagaimana pun, tinggal di Ashurst memberikan banyak kesempatan untuk belajar, termasuk belajar bagaimana mengembangkan kepercayaan diri untuk Berbahasa Inggris secara praktis. Mengingat housemates 'Duo Thailand' sangat sering memasak (2 kali sehari), sehingga kesempatan berkomunikasi di dapur lebih banyak dibandingkan di King's Road yang rata-rata selalu (berusaha) berbeda jadwal kunjungan ke dapur-nya. Secara psikologis, kepercayaan diri akan menjadi lebih tinggi manakala kita berhadapan dengan seseorang yang 'kurang' dari kita. Kepuasan diri 'merasa lebih' menjadi salah satu sumbu utama yang menyulut keberanian yang luar biasa dalam diri (hehe...). And to be honest, itulah yang terjadi di 26 Ashurst Road!! (Bukan under-estimate) Secara Duo Thailand kurang begitu bagus dalam 'Speaking' karena kurangnya komunikasi verbal dengan sesama penghuni rumah. Sehingga kesempatan (bagi pendatang baru) untuk mengembangkan self-esteem sangat besar dan sangat mubazir untuk dilewatkan (bandingkan 'kepasifan di Gender Class karena keterbatasan self confidence.. *j* ). Selain itu, seringnya malakukan kegiatan bersama di dapur menyebabkan terbukanya ruang-ruang untuk sharing pengalaman study yang menggiring kepada kesepakatan untuk membantu 'mengoreksi English term papers' secara gratis, terutama dari housemate British...hehe.

Dan akhirnya Flat 17 di 15 Grand Avenue menjadi persinggahan sebelum pulang kampung. Mendapatkan flat bagus di lokasi elit dengan harga sangat..sangat murah adalah kejadian yang langka di Brighton. Dengan hanya membayar £100 untuk satu bulan, sebuah flat milik teman berhasil saya tempati dan membuat teman-teman sepenanggung sependeritaan lain bertanya-tanya; 'kq bisa sih??'. Yah, tentu saja bisa!! Dan lebih bisa lagi saat seorang teman-nya teman-nya teman (a friend of friend's friend) menghubungi secara tiba-tiba untuk dapat diperkenankan sharing kamar selama 2 minggu menjelang dia mendapatkan kamar di Brighton. Sempat khawatir dengan ketidaktahuan karakter 'calon' room mate, sampai akhirnya penghuni baru resmi menempati kamar dan flat yang sama. Karena tidak pernah bertemu sebelumnya, pada awalnya masih begitu kaku untuk memulai sebuah percakapan. Hanya beberapa kata yang masing-masing dikeluarkan; perhaps untuk mengukur sejauhmana keramahan masing-masing room mate, 'how's your sleep?, or morning, or good night!!'. Namun setelah percakapan Senin pagi yang 'lumayan' panjang (hampir 2 jam), semua kekakuan mencair dan mulailah kelancaran komunikasi tercipta. Hingga akhirnya percakapan malam di hari berikutnya dengan tema yang 'sangat' pribadi pun terjadi selama hampir 3 jam; agama, pernikahan, dating, cowok, lesbian, pekerjaan, keluarga, dan bahkan seks...hehe (My next story).

Yah... hidup di negeri asing untuk pertama kali seperti ini tidaklah mudah, jadi tidak perlu dipersulit dengan hal-hal kecil yang 'sepertinya' akan menimbulkan kesulitan-kesulitan baru dan pada akhirnya menyulitkan hidup itu sendiri...

Bersyukur sekali bisa mendapat teman-teman melalui perpindahan yang 'sangat mobile' dari satu akomodasi ke akomodasi yang lain beberapa kali hingga membentuk satu jaringan pertemanan dari berbagai latar belakang dan perbedaan (selain pertemanan di kampus tentunya). Hidup bersama dalam satu flat atau rumah, berbagi cerita, tawa, pengalaman, resep masakan dan makanan adalah sangat rugi untuk dilewatkan begitu saja. Saling pengertian dan toleransi adalah salah satu kunci pertemanan se-rumah yang sangat mudah dipupuk manakala semua menyadari akan kesamaan tujuan study di England: KESUKSESAN!!


7 Oktober 2010
15 Grand Avenue
Hove


No comments:

Post a Comment