Wednesday 27 October 2010

Pesan kepada Sahabat: Your life has to move on!

Dear Friend, 
Sebelum terlanjur, mohon maaf jika tulisan ini panjang seperti kereta api... Jika lelah membacanya, hentikan saja dan tulislah beberapa kata di statusmu, atau ke dapur dan masaklah sesuatu...hehe

Semua orang melakukan kesalahan... Pertanyaan: Apakah kita punya hak untuk menjatuhkan 'vonis' kepada setiap orang yang melakukan kesalahan (kepada kita)? Jawab: TIDAK... tentu saja tidak!! Itu bukan hak kita!! Itu hak ALLAH!! Hak kita cuma mengetahui dan membantu untuk memperbaiki kesalahan itu. KITA BUKAN SIAPA-SIAPA... DAN BUKAN APA-APA... Kalaupun kita mengambil alih hak ALLAH dengan mem-vonis orang karena perilakunya yang tidak berkenan dengan maunya kita, betapa sombongnya kita!! 

Pasangan Hidup
Saat kita memilih pasang hidup, maka pada saat itu kita (mestinya) mengetahui resiko-resiko yang akan kita hadapi akibat pilihan itu. Hidup ini sulit..sangat sulit (terutama saya pada saat-saat seperti ini; sendirian, ga punya rumah, ga punya duit, ga punya segala-galanya...hiks). Namun mungkin kesulitan itu dapat 'sedikit' diredam dengan tidak mempersulit hidup itu sendiri dengan 'merasa diri paling benar dan sempuran se-dunia'. Dan orang-orang seperti itulah yang banyak berkeliaran di Suatu Tempat yang kita 'tahu itu dimana'. Terkadang terpikir betapa mudahnya hidup  ini kalau semua masalah yang kita hadapi bisa dibagi dengan pasangan kita. Mencari solusi bersama mungkin terasa begitu mudah... Sebagai istri, kita ga perlu susah-susah mikirin besok ada duit ga untuk beli makanan atau bayar kontrakan. Karena sudah ada suami yang HARUS melakukannya... dll deh!!

Aq pikir, semua pemikiran2 itu (punya pasangan hidup) dimiliki oleh setiap wanita (walau sebebas apa pun dia seperti di sini). ALLAH menciptakan manusia dengan sangat indahnya; berpasang-pasangan. Tahu kenapa? Karena ALLAH tahu bahwa manusia itu 'manja'!! Ga bisa hidup sendirian!! Harus 'selalu' dibantu oleh orang laen selama hidup mereka. Pernahkah kamu bertanya dalam hati 'mengapa kamu selalu ingin dibantu oleh suamimu?', atau 'Apakah kamu sudah maksimal membantu suamimu?', atau 'Mengapa suamimu selalu ingin dibantu oleh kamu?'..atau..atau..atau...

Pernahkah kamu bertanya pada dirimu sendiri 'Apakah saya orang yang beruntung?', atau 'Beruntungkah saya mendapatkan hidup seperti sekarang?' (Suami berkarir, Anak yang membanggakan, Pekerjaan yang menjanjikan masa depan cemerlang, dll). Pernahkah kamu bersyukur akan semua itu? Dan pernahkah kamu seperti tiba-tiba terbangun dan seakan-akan kamu tersadar di suatu tempat 'antah berantah' yang di sekelilingmu gunungan emas berlian aneka rupa dan kemudian kamu bertanya 'Apakah ini semua milikku?'. Yah...itulah kamu!! Tapi semua bukan 'milikmu'!! Kamu hanya meminjamnya untuk sesaat. Dan itu artinya kamu tidak memiliki 'hak penuh' untuk memperlakukan apa yang kamu punya semau hati kamu. Tahu kan artinya 'meminjam' selanjutnya? Itu artinya kamu tidak mempunyai 'kontrol' 100%, karena yang memiliki 'kendali' itulah yang akan berperan 'penuh' menentukan kemana, untuk apa dan bagaimana 'pinjaman' itu dikontrol... (do you get my point? ngerti ga? soalnya aq juga bingung...hehe)...

Least but not last, SABAR, BERSYUKUR DAN IKHLAS... itu yang aq pikir bisa kamu lakukan sekarang ini. Suami, anak dan harta bukanlah milik kamu!! Mereka dipinjamkan untukmu supaya kamu bersyukur dengan yang apa kamu punya. Mereka adalah pengingat bagimu bahwa KAMU BUKAN SIAPA-SIAPA DAN BUKAN APA-APA. Itu ujian bagimu dan mengukur sebatasmana kamu selama ini menyadari bahwa ALLAH yang berkuasa atas kamu dan hidupmu dan semua apa yang ada digenggamanmu sekarang.

Bersyukur
Aq yakin sebenarnya kamu ga bermaksud menulis kata2 'yang aneh' di status aq kemarin. Dan aq yakin (mungkin) saat ini memang 'luka hati' itu masih basah dan berdarah. Kamu masih merasakan betapa 'tidak adilnya' perlakuan itu. Namun itulah hidup. Jika kamu tidak diuji, kamu tidak akan lulus. Jika kamu tidak mendapatkan masalah hidup, berarti kamu sudah mati. Masalah membuat kita menjadi lebih 'tahan banting' dan dewasa. Kita dilatih (ALLAH) untuk memahami bahwa kita adalah manusai yang 'sangat' lemah. Emosi mudah teraduk-aduk adalah salah satu kelemahan manusia. Yang sudah pasti harus diketahui (olehmu) adalah, APAKAH KAMU SADAR BAHWA KAMU ADALAH 'MANUSIA'?.

Pepatah bilang 'Berjuang untuk mempertahankan jauh lebih berat daripada mendapatkan'.. itulah yang dapat kamu pegang saat ini. Kamu berjuang untuk mempertahankan apa yang sudah 'dipinjamkan' kepadamu. Hasil akhirnya cuma ada 2: BISA atau TIDAK. Kalau kamu MENYERAH berarti kamu TIDAK bisa dan kalah dari keputusan yang kamu buat saat memilih Suamimu sebagai pendamping hidupmu. Kalau kamu BISA bertahan berarti kamu MEMENANGI perang dengan resiko-resiko yang merupakan efek dari keputusan memilih dia sebagai Ayah anak-anakmu. Memang semua tidak semudah apa yang dikatakan. Tapi MENCOBA yang terbaik adalah pilihanmu sekarang.

Berusahalah menjadi WANITA yang TEGAR dan DEWASA. Saat ini semua orang meyakini bahwa kamu adalah korban... Namun dengan terus menerus menulis hal-hal pribadi yang semestinya tidak menjadi 'konsumsi publik' di FB adalah bukan pilihan DEWASA yang dilakukan oleh orang dewasa. Itu akan menjadi BUMERANG bagimu dan kamu akan semakin terpuruk dengan 'vonis' orang-orang selanjutnya: ISTRI yang GANAS!! hehe... Orang akan menilai kamu rendah dengan 'pilihan' kata yang tidak bijak. Don't do that, please!! Sebelum melakukan itu (kalaupun emang terpaksa), pikirkan perasaan suami dan keluargamu. Terutama Suamimu... dia pasti akan semakin terpuruk!! Ego-nya akan semakin terlukai... dan hal-hal yang 'semula' tidak pernah terpikirkan, bisa saja terjadi (semoga tidaaakk!!).

Memang kadang-kadang untuk menjadi dewasa itu tidak mudah. Kita butuh masalah, ancaman, ketidakstabilan emosi, dll sebagai alat untuk menjadi dewasa. Semoga dengan adanya masalah ini, kalian menjadi semakin 'tertantang' untuk dewasa (berpikir). Semakin menyadari bahwa 'mungkin' kalian pernah salah dalam bertindak, sombong dalam berlaku, angkuh dalam berjalan dan...klik!! ALLAH dengan sekali petikan jari tengah dan jempol membalikkan itu semua menjadi 'keterpurukan emosi, kesengsaraan pikiran dan kesempitan hati'. The next reaksi yang ingin ALLAH lihat adalah: apa yang akan kalian lakukan? Mengingat-Nya kembali atau memasabodohkan keberadaan-Nya dengan tindakan-tindakan emosional yang 'bodoh'!

Apa kamu pernah intropeksi diri sebelum menanyakan 'mengapa mereka tega menyakiti kamu?'. Nah, cari dan temukanlah jawabannya melalu bercermin akan perilaku, perbuatan dan tutur katamu sebelum-sebelumnya. Mungkin ada disatu titik waktu dimana kamu 'tanpa sengaja' menggiring suamimu ke arah 'penghianatan' itu. Wallahualam... Aq yakin mungkin itu salah satu alasan mengapa suamimu 'lupa' dengan keluarga. Tapi mungkin banyak hal lain yang menyebabkannya. Semua sangat complicated!! Namun satu hal yang bisa diyakini bahwa selama kamu belum menyerah dan ingin bertahan serta berjuang, kesempatan untuk menang (melawan luka dan kekecewaan) dan memperbaiki (keluarga) selalu terbuka.

ALLAH Maha Pemaaf dan Penyayang. Copy-lah itu walaupun hanya setitik debu. Yakinlah bahwa kamu melakuka itu bukan hanya untuk Suamimu, bukan semata untuk anak-anakmu, tetapi untuk tabungan 'kebajikan'mu di akhirat kelak. Jika kamu meyakini bahwa kamu adalah istri yang sabar dan pemaaf, insyaallah semua akan berbalas di hari kemudian. Dengan Sabar, Ikhlas dan Tawakal, kamu sudah menanam pohon amal di Surga. Kamu sudah memenangi SEPARUH pertempuran itu. Nah, tinggal separuh jalan lagi untuk memperoleh kemenangan abadi; mengajak Suamimu bertobat dan menata kembali rumah tangga yang kalian idam-idamkan sebelum menikah. Cukup berat memang, tapi itu tidak mungkin tidak bisa dilakukan!!

Lawan Jenis
Ketertarikan kepada lawan jenis atau pun sesama jenis (disini banyak lho yg homo!!) walau sudah menikah pun itu sangat sering terjadi. Memang semuanya kadang-kadang bahkan diluar kendali kita. Kalau sudah begitu, kita hanya lakukan yang terbaik bagi semua. Melindungi suami dan anak-anak adalah lebih sulit bagi wanita. Namun itulah yang juga mesti dilakukan. Kehidupan rumah tangga dapat menciptakan keseimbangan hidup masing-masing individu. Yang menjadi hal penting bagaimana menciptakan hal itu adalah melakukan 'komunikasi' yang intens dan tanpa kenal lelah, sesulit apa pun halangan yang merintangi.

Mungkin selama ini Suamimu yang melindungi kamu dan anak2. Nah, menurut aq, sudah saatnya kamu menunjukin kepada semua orang yang sudah terlanjur 'mencela' kalian bahwa kamu bisa melindungi suami dan anak-anakmu. Tunjukkan kepada mereka bahwa keluarga kalian tidak 'habis' gara-gara kejadian itu. Anggap saja peristiwa itu sebagai 'teguran' bagi kalian, terutama kamu, untuk membenahi diri kedepannya.

Mungkin sangat sulit untuk tidak membenci orang yang sudah menyebabkan Suamimu berpaling dan lupa 'sesaat'. Namun jika kamu bisa membalikkan itu dengan perasaan 'kasihan' dan 'empati' kepada dia (karena belum menikah pada usia yang semestinya menurut ukuran masyarakat kita). Yakinkan dirimu bahwa dia tidak 'seberuntung' kamu yang telah diberi tanggung jawab oleh ALLAH untuk mengurus seorang suami dan anak-anak tercinta sebagai ladang ibadah kamu untuk menggali amal di dunia. MEMAAFKAN mungkin sangat sulit bagimu saat ini setelah 'penghianatan' itu terungkap. Namun itulah HARTA BERHARGA yang kamu miliki saat ini. Berkilauan memanggilmu untuk mendekat dan menyentuh serta menggenggamnya. Segera ambil dan manfaatkan itu untuk mendapatkan HIDUP yang lebih BERKAH.

LANJUTKAN hidupmu tanpa kenal lelah, you have to move on!! Ga ada yang akan menghentikan kamu (selain ALLAH) untuk berjuang mempertahankan apa yang sudah ALLAH amanahkan kepadamu. Amanah itu akan kamu pertanggungjawabkan kelak. Jika kamu terus berjuang, Insya Allah secara perlahan kamu akan menuai BERKAH ALLAH yang tidak pernah kamu duga sebelumnya.

Biarkan orang lain saat ini 'mencela' kalian. Yakinkanlah bahwa kalian 'tidak akan mati' dengan celaan-celaan itu. Keluarlah dan nikmati hidup seperti apa adanya; ke pasar, mall, kantor, rumah makan, dll. Hidup di masyarakat seperti di kota kamu sekarang yang serba 'ingin tahu' emang sulit. Namun tidak sulit jika kalian menghadapinya bersama-sama. Tantang mereka dengan 'senyum ikhlas' dan 'kerja keras'. Bungkam mulut mereka dengan 'perbaikan' rumah tangga yang menakjubkan. Jangan 'memuliakan' mereka (para pencela yang pura-pura simpati dan bertanya) dengan mengisolasi keluargamu dari kehidupan luar yang semestinya menjadi hak kalian untuk dinikmati.

Beri kesempatan bagi dirimu dan Suamimu untuk memperbaiki diri...
Dia adalah hak kamu, tetapi bukan milikmu!! Dia hanya amanah yang harus kamu jaga. Yah...kamu pernah gagal sekali dalam menjaga amanah itu. Namun kamu masih ada waktu untuk 'kembali' menjaga dan memperbaiki kegagalan itu. Bawa dia kembali ke keluarga. Rangkul dia dengan senyum dan keikhlasan hati. Bimbing dia dengan kejernihan pikiran dewasa seorang istri. Maafkan dia karena dia adalah manusia biasa seperti kamu. Genggamlah tangannya erat dengan kehangatan jari-jari seorang wanita tegar. Nyamankanlah dia dengan tutur kata yang halus dan hangat. Cintailah dia sebagai bagian dari tanggungjawab dan kecintaanmu kepada ALLAH. Insya Allah semua akan berjalan mudah bagimu yang saat ini sedang 'sulit'.

Maafkan aq karena baru sekarang bisa bicara seperti ini. Seharusnya aq tahu dari dulu dan membantu untuk menjaganya. Namun mungkin aq memang harus tahu belakangan setelah semuanya terjadi. Atau mungkin aq harus tahu setelah melalui 'perang komen' di status FB-ku...hehe

Sampaikan salamku pada Suami dan Anak-anakmu.

27 Oktober 2010
15 Grand Avenue
Hove


Pictures:

www.penerokajiwa.blogspot.com
www.yunisrikandi.wordpress.com
www.alvinpirlo.wordpress.com

Saturday 9 October 2010

I am not virgin (anymore): When girl's virginity is questioned (by a man)

Mornin' guys,

Although the sky is not bright enough, I get Hove's morning sunlight from my flat's window. It's so fresh when I feel the smooth wind and see the beach from the window. So beautiful Saturday though!!

While I am hearing Sarah McLachlan's songs, my memory return to a comment of mine in The Jakarta Post few days ago. I wrote a comment on a news of the newspaper; 'Councillors mull virginity as criteria for enrolment'. Actually, I got this news from my Indonesian housemate. She told me 'have you heard that a councillor of Jambi Province reveals the issue of virginity test for school age girls?... wow..wow..wow... I was shock and my first comment on that question is 'woooooottt??' (British bangeeetttsss!!! hehe....). And then I said: 'Ohhh...shame on him (the councillor)!!'... It's stupid idea that I ever heard!!... How can he has 'silly' idea like that??... etc... etc... etc deh!! I believe that the main reason is not solely 'concern on morality', rather is sensation matters.

The discourse of Virginity (of girls) as Criteria for School Enrolment seems a 'crazy' strategy to control personal life and morality, girls' lives in particular (the councillor underlines 'morality' in his statement as the main reason of the notion).

I cannot understand how he revealed the issue that it could be seen against human rights, opposites MDGs and even the Indonesian Constitution? Does he know the national development programmes? He is a member of the state apparatus (legislative), how can he say that girls cannot go to school? Does he understand how important education for girls as well as boys is? Education is not merely 'education'. It does mean 'the future'. Education is not only how to produce educated people, but also how to create knowledgeable people and then hope it preserves humanity (bener ga sih?). It could be dignity!! So, how could this man (the councillor) think 'only the virgin girls deserve to get education'?. What is kind of state (or country) that he want to create?. The virgin state?...phewww!! Let me quote Andrea Cornwall's Marginalisation by Sexuality: Report of an IDS Workshop:

'Prevailing gender orthodoxies in development thinking often make it difficult to think beyond the stereotypes of the brutalising man and the victimised woman.... Sex and sexuality have implications for development that go well beyond the frames that currently exist, whether in relation to health and gender (2006:274)'.

You see... 'brutalising man and the victimised woman'. That's really brilliant words to describe the issue of virginity test in Jambi Province. Women always being victim of men when women (private) business is brought to public. Virginity is very very very personal thing that girls have (a question: is man questioned their virginity too?). For most of Indonesian women, they prefer to give it (virginity) to their husbands (not partners) at the first day of their wedding night. Even in most cases, their mothers do not know about their daughters' virginity at all. Can you imagine how hard the girls to answer a question (from strangers) about their virginity are? And they (don't know who they are...) test the virginity without any concerns on the girls' permissions (and their voices). It is clear that sexual control on (women) girls by the test is a part of insensitiveness nature of politician (man) in Indonesia, Jambi Province in particular. Do you know what will happen if the girl do not pass the test and say; I am not virgin? People will see her 'weird' with a (common) social judgement : 'immoral'. Then, the girl lives with new 'status': no school, no friend, isolated, no job, no money, and finally NO FUTURE!! And next, the girl is still under man's control in whole her life.

There are sexual and non-sexual reasons for women's subordinate status... these reasons interact and reinforce one another in many different ways.. (Nussbaum, 1999 in Jolly, 2010:79)

For most Indonesian people, perhaps, (girls) virginity is important (of course), but it cannot be an excuse to discriminate a girl and prohibit her to go school if she is not virgin anymore. This issue challenges the gender mainstreaming in the state institutions, including the regional house of representative (DPRD). I think there is a big question mark in my mind; Does politicians, at national and regional level, understand the meaning of gender mainstreaming? How can they link the regional issues and the development programmes, especially what are stated in RPJM (Middle-term development planning) and also the Millennium Development Goals (MDGs)? Yeaa... the irony is that when the government makes hard effort to combat intergenerational poverty through promotion of education-related programmes, this guy (the councillor) comes with his 'silly' moral idea about virginity test of teenage girls before they enter the gate of school as new students.

Perhaps, he concerns about young people' morality (I think he's very kind man), e.g. free sex activity before marriage. Perhaps, he is trying to reveal a strategy how protect girls from underage pregnancy (because of free sex) that leads to other issues; increasing the number of mortality (young mothers and babies), school dropout, unemployment, etc... But I think, the virginity test is not an effective way to solve the problem, rather creates new problems in society. It could be seen that the virginity test abuse girls' sexual and human rights. If all elements in society; the government, religious leaders, parents, teachers, and so forth concern on the teenagers' future, perhaps, sex education in school from teachers and experts and at home from parents is one solution to 'warn' teenage, boys and girls, to protect themselves from 'inappropriate and immoral' (I borrow from the councillor's thought) activities. Hope they understand that their future is more bright if they realise that there are a lot things to do, rather free sex before marry. Let us think seriously what will happen if some 'powerful people' preserve 'inequality' in development in many ways (on behalf tradition and religious morality) without any 'knowledge' beyond the issues.

And then, I am still questioning: is female virginity too important for male?????


9th October 2010
17 Grand Avenue
Hove


PS: I love Indonesia but maybe Indonesian people, especially who live in Jambi Province, should think a thousand times before they vote their representative (like this man)...


Source:

Cornwall, A., 2006. Marginalisation by Sexuality: Report of an IDS Workshop. Routledge: London.

Cornwall, A., Jolly, S., 2006. Introduction: Sexuality Matters. IDS Bulletin. 37 (5): 1-11.

Jolly, S., 2010. 'Queering' Development: Exploring the Links between Same-Sex Sexualities, Gender and Development. Routledge: London.

http://www.google.co.uk/imgres?imgurl=http://halat.com/virginity.jpg&imgrefurl

http://www.google.co.uk/imgres?imgurl=http://z.about.com/d/atheism/1/0/6/4/3/Protect-Her-Virginity-e.jpg&imgrefurl

Thursday 7 October 2010

Akomodasi: Saatnya berbagi dan saling mengerti

(PS: kemarin sempat menulis cerita tentang tema yang sama dalam Bahasa Inggris, namun karena laptop ngambeg beberapa saat, terpaksa 'dibunuh' dan setelah re-start, ternyata tulisannya hilang entah kemana... aarrrggg!!)

Setelah sempat berpindah-pindah tempat sebanyak 4 kali, ini adalah flat terakhir sebelum pulang kampung akhir bulan nanti. Pada 3 akomodasi sebelumnya, perasaan akan kepemilikan 'power' dan meng-okupasi kamar secara mutlak begitu kuat. Fleksibilitas melakukan 'apa pun yang ku-mau dapat ku-lakukan' di ruangan yang 'hanya ada aku disana' sangat terasa. Namun di flat keempat sekarang ini, berbagi flat dan kamar dengan seseorang terasa begitu berbeda. Setiap saat hanya berdua... Sangat berbeda!

Cerita tentang akomodasi selama di England, dimulai dari Flat 43E Floor 2nd Lewes Court, flat pertama yang didiami selama sebulan penuh saat mengambil kelas Bahasa Inggris (Pre-sessional Course) sebagai persiapan sebelum memulai kuliah 'yang sesungguhnya'. Lewes Court terletak di dalam kampus (on campus), tepatnya di sisi utara University of Sussex. Flat 43 memiliki 5 kamar dan hanya terisi 4 (kamar terakhir diisi oleh mahasiswa Turki yang tiba 2 minggu setelah pre-sessional berjalan). Mendiami flat bersama 3 orang asing untuk pertama kali ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Sangat menarik malahan!! (walaupun setiap akhir pekan jaringan internet sering kali error dan tertutupnya ruangan laundrette setiap kali ingin cuci pakaian). Di flat ini lah dimulai praktek berbicara dalam Bahasa Inggris yang sebenarnya. Berinteraksi dengan dua flatmates dari Cina dan satu dari Slovakia sangat menyenangkan, terutama saat pada waktu yang bersamaan ngumpul di dapur dan masing-masing menyiapkan makanan untuk makan malam. Walaupun sering kali shock dengan keadaan dapur yang 'porak poranda seperti diterjang badai', keingintahuan berbagi pengalaman dan cerita dari negeri lain sangat kuat. Terlebih-lebih saat mengetahui bahwa salah satu flatmate Cina ternyata lahir dan besar di salah satu daerah Muslim di negeri Great Wall tersebut. Pengetahuannya akan tradisi dan paktek-praktek agama (Islam) sehari-hari menciptakan kenyamanan dan melenyapkan 'sedikit' kekhawatiran, terutama masalah penyimpanan bahan makanan (yang tidak bercampur dengan non-halal) dan alat-alat dapur (yang tidak terkontaminasi bahan makanan non-halal). Begitu bersyukurnya mendapat kemudahan ini saat pertama kali menyadari kesesakan hati manakala 'kemiskinan bahasa' seringkali menghambat pembauran dengan classmates dan para tutor di kelas.

Flat kedua ada di 51-53 King's Road yang berhadapan langsung dengan Pantai Brighton. Gedungnya punya lokasi yang sangat strategis untuk plesiran dan refreshing, namun lokasi yang sangat buruk untuk belajar, terutama bagi mahasiswa Postgraduate. Mengingat penduduk setempat sangat menikmati saat-saat hanging out bersama teman dan kerabat di malam hari (dan of course akhir pekan), akomodasi ini dikelilingi klub-klub malam dan bar. Jadi, sangat tidak nyaman jika akhir pekan sudah mendekat, terutama bagi yang 'sial' dapet flat terbawah dan menghadap jalan atau bar. Tidur malam yang diharapkan nyenyak dan nyaman bakal dikawal riuhnya teriakan Brightonians. Namun, tinggal selama 4 bulan di flat ini tidak selalu 'tidak enak'. Terutama sekali jika mempunyai teman-teman se-flat yang seru dan orang 'bersihan'. Flat 8 lantai 3 punya 6 penghuni wanita yang berasal dari negara yang berbeda; Indonesia, Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Mexico dan India. Berbagi cerita di dapur merupakan menu sehari-hari sembari, setiap Jumat, memberi dukungan kepada dancer favorit di 'Strictly Come Dancing'-nya BBC One. Banyak pengalaman yang sangat tak terlupakan selama menjadi bagian dari King's Roaders;
1) Berurusan dengan polisi-polisi 'keren' gara-gara ada kasus pemukulan dan perampokan seorang wanita jam 3 pagi disekitaran flat. Dua kali pintu digedor dan diinterogasi disaat-saat ternyaman untuk tidur malam... hiks.
2) Berhamburan keluar gedung flat sekitar jam 3 pagi (dua kali) gara-gara ada mahasiswa penghuni salah satu flat yang dengan sadar (atau tidak) mengepulkan asap (perhaps rokok?) di kamar (or flat?). Semua kejadian selalu terjadi saat kedinginan malam (atau dini hari) sangat menggigit dan selalu di saat hampir semua penghuni terlelap terbuai mimpi di pantai kapuk. (PS: jika menggunakan 'berhamburan', itu artinya bahwa alarm berbunyi secara tiba-tiba dan sedikit waktu untuk menyambar pakaian yang layak untuk suhu udara 'lumayan' rendah. Itu juga berarti, bersiap-siaplah menggigil di luar selama petugas pemadam kebakaran dan polisi periksa-periksa gedung hampir selama 45 menit...bbrrrr).
3) Room 8A dapat dikatakan sebagai tempat persinggahan sementara teman-teman yang lelah seharian jalan di pantai. Keseringan terjadi pada saat cuaca tiba-tiba berubah dan menjadi buruk, terlebih angin laut yang tiba-tiba meliuk-liuk ganas... (Am I right, Mrs. A?)
4) Flat 8 Floor 3rd hampir selalu ada pesta makan-makan, khususnya untuk anak-anak Jepang dari Flat 3 dan 15 (Kanae dan Saori) yang notabene adalah penggemar berat Nasi Goreng. Secara penduduk flat 8 juga adalah penggemar makanan tersebut, jadinya klop deh dengan makan-makannya...
5) Lagi-lagi, Flat 8 Floor 3rd sering punya acara makan-makan gara-gara ada yang ultah... Saat inilah semua orang di flat menunjukkan keahlian mereka meramu masakan yang biasanya untuk berbagi dengan yang lain. Walaupun total semua ada 6 orang di flat, namun terhitung 2 ultah yang berhasil di-pesta-kan.. Betapa senangnya bisa makan-makan gratis.. hoho!!
6) Pertama kali menikmati hamparan salju di tepi pantai. Bagi sebagian besar orang Indonesia (Asia Selatan dan Tenggara secara umum), salju adalah benda yang paling dinanti-nanti datangnya. Sebuah pertanyaan; 'mengapa tertarik ke Eropa atau Amerika Utara?', jawab; 'Ingin melihat dan merasakan salju'... Dan ada satu hal yang terlupakan pada saat bertemu dengan salju yang sebenarnya; 'DINGIN'!!!


7) Sangat terkejut saat pertama kali mendapat sapaan 'Assalammualaikum' dari cewek blonde Amerika dari belakang (saat posisi berada di depan sink!!) di flat. Inilah sapaan Islami yang pertama kali didengar dari bule yang kemudian hari diketahui adalah seorang 'mualaf' beberapa bulan sebelum dia ke England dan terdampar di Flat 8 King's Road. Sempat malu (kemudian hari) karena tidak menjawab saat di sapa oleh sesama Muslim.. (I'm so sorry, J).

Akomodasi ketiga adalah berupa rumah yang di-sharing kamar-kamarnya oleh 5 orang mahasiswa. Kebetulan kepindahan ke 26 Ashurst Road ini bertepatan dengan mulai lebatnya salju Januari mengguyur bumi. Perbedaan yang tajam antara suasana King's Road yang hangat dan ramai, berubah secara tiba-tiba menjadi dingin dan sunyi. Kesan pertama terhadap rumah dan seisinya adalah kusam dan kotor. Jujur, memasuki rumah ini berarti harus merubah kebiasaan hidup bersih di King's Road menjadi kebiasaan yang 'kalo kamu ingin bersih ya bersihkan saja, kalo ga mau yah biar aja seperti itu'... Semua sifat yang selalu ingin melihat dapur dan toilet bersih menjadi berubah drastis menjadi sifat ga peduli sama sekali...huhu... Hingga pada suatu saat, housemate baru dari Indonesia protes, 'kq bisa sih pake toilet yang super dupper kotor begitu?'... hiks (lagi)!!. Walau bagaimana pun, tinggal di Ashurst memberikan banyak kesempatan untuk belajar, termasuk belajar bagaimana mengembangkan kepercayaan diri untuk Berbahasa Inggris secara praktis. Mengingat housemates 'Duo Thailand' sangat sering memasak (2 kali sehari), sehingga kesempatan berkomunikasi di dapur lebih banyak dibandingkan di King's Road yang rata-rata selalu (berusaha) berbeda jadwal kunjungan ke dapur-nya. Secara psikologis, kepercayaan diri akan menjadi lebih tinggi manakala kita berhadapan dengan seseorang yang 'kurang' dari kita. Kepuasan diri 'merasa lebih' menjadi salah satu sumbu utama yang menyulut keberanian yang luar biasa dalam diri (hehe...). And to be honest, itulah yang terjadi di 26 Ashurst Road!! (Bukan under-estimate) Secara Duo Thailand kurang begitu bagus dalam 'Speaking' karena kurangnya komunikasi verbal dengan sesama penghuni rumah. Sehingga kesempatan (bagi pendatang baru) untuk mengembangkan self-esteem sangat besar dan sangat mubazir untuk dilewatkan (bandingkan 'kepasifan di Gender Class karena keterbatasan self confidence.. *j* ). Selain itu, seringnya malakukan kegiatan bersama di dapur menyebabkan terbukanya ruang-ruang untuk sharing pengalaman study yang menggiring kepada kesepakatan untuk membantu 'mengoreksi English term papers' secara gratis, terutama dari housemate British...hehe.

Dan akhirnya Flat 17 di 15 Grand Avenue menjadi persinggahan sebelum pulang kampung. Mendapatkan flat bagus di lokasi elit dengan harga sangat..sangat murah adalah kejadian yang langka di Brighton. Dengan hanya membayar £100 untuk satu bulan, sebuah flat milik teman berhasil saya tempati dan membuat teman-teman sepenanggung sependeritaan lain bertanya-tanya; 'kq bisa sih??'. Yah, tentu saja bisa!! Dan lebih bisa lagi saat seorang teman-nya teman-nya teman (a friend of friend's friend) menghubungi secara tiba-tiba untuk dapat diperkenankan sharing kamar selama 2 minggu menjelang dia mendapatkan kamar di Brighton. Sempat khawatir dengan ketidaktahuan karakter 'calon' room mate, sampai akhirnya penghuni baru resmi menempati kamar dan flat yang sama. Karena tidak pernah bertemu sebelumnya, pada awalnya masih begitu kaku untuk memulai sebuah percakapan. Hanya beberapa kata yang masing-masing dikeluarkan; perhaps untuk mengukur sejauhmana keramahan masing-masing room mate, 'how's your sleep?, or morning, or good night!!'. Namun setelah percakapan Senin pagi yang 'lumayan' panjang (hampir 2 jam), semua kekakuan mencair dan mulailah kelancaran komunikasi tercipta. Hingga akhirnya percakapan malam di hari berikutnya dengan tema yang 'sangat' pribadi pun terjadi selama hampir 3 jam; agama, pernikahan, dating, cowok, lesbian, pekerjaan, keluarga, dan bahkan seks...hehe (My next story).

Yah... hidup di negeri asing untuk pertama kali seperti ini tidaklah mudah, jadi tidak perlu dipersulit dengan hal-hal kecil yang 'sepertinya' akan menimbulkan kesulitan-kesulitan baru dan pada akhirnya menyulitkan hidup itu sendiri...

Bersyukur sekali bisa mendapat teman-teman melalui perpindahan yang 'sangat mobile' dari satu akomodasi ke akomodasi yang lain beberapa kali hingga membentuk satu jaringan pertemanan dari berbagai latar belakang dan perbedaan (selain pertemanan di kampus tentunya). Hidup bersama dalam satu flat atau rumah, berbagi cerita, tawa, pengalaman, resep masakan dan makanan adalah sangat rugi untuk dilewatkan begitu saja. Saling pengertian dan toleransi adalah salah satu kunci pertemanan se-rumah yang sangat mudah dipupuk manakala semua menyadari akan kesamaan tujuan study di England: KESUKSESAN!!


7 Oktober 2010
15 Grand Avenue
Hove


Monday 6 September 2010

A Short message...

Dear guys,

Today saat dimana semua ilmu yang sudah didapat selama setahun diuji oleh 36 halaman disertasi. Dalam waktu 2 bulan, keterkaitan dan analisa dari kumpulan teori-teori dan argumen-argumen pada disertasi tersebut akan diuji dan dinilai. Apakah memang sudah layak menerima predikat keluaran salah universitas 'bergengsi' di Inggris?

Today, the 6th of September 2010, is submission day of dissertation... wish me luck!!

Actually, so many words that I really want to write but I have to meet up my Saudi Arabian friend now... (to be continued)

Saturday 22 May 2010

Waria: Saat saya memutuskan...

Selama berhari-hari sebelumnya saya dikalutkan dan dipusingkan (bener2 pusing) dengan permasalahan topik riset yang akan saya pilih untuk Disertasi saya. Walau pada awalnya dengan berbaik hati, seorang Program Convenor (Sexuality) menawarkan diri untuk menjadi pembimbing (Supervisor), Sexual Identities dan Gender Identities masih belum menjadi pilihan kuat dari hati yang paling dalam. Saya belum merasakan feeling bahwa ini adalah topik riset yang benar-benar yang saya inginkan.

Walaupun dengan susah payah dan berusaha keras untuk membaca literatur bertemakan Homosexuality, saya masih belum merasakan bahwa saya benar-benar sreg dengan tema itu... Hingga sempat kabur ke London seharian penuh, sengaja mengikuti Workshop di KBRI supaya bisa mendapat sedikit masukan dan bantuan untuk Disertasi ini (walaupun sebenarnya tujuan workshop adalah sharing ilmu penulisan saja). Alhamdulillah, selain mendapat ilmu penulisan, saya mendapat teman yang super asyik, yang mungkin tidak akan saya peroleh jika saya tidak mempunyai masalah dengan topik Disertasi dan kabur ke London....hehe..

Namun sekembalinya dari London, setelah Individual meeting dengan Program Convenor saya (Gender and Development) yang baik hati dan memutuskan untuk memulai kontak personal dengan Supervisor, ternyata saya menemukan kendala baru. Sang Supervisor 'sedikit' khawatir dengan pendapat pribadi saya terhadap objek penelitian saya (Homosexual Groups) dan memunculkan istilah 'baru' yang sebenarnya tidak baru. Mengapa saya katakan istilah 'baru' yang tidak sebenarnya tidak baru? Karena di Indonesia permasalahan ini diketahui secara umum, tetapi tidak menjadi permasalahan dan tidak pernah ditanyakan oleh Supervisor saya (waktu Indonesia) sebelum proposal dan topik penelitian disetujui. Permasalahannya adalah ETIKA PENELITIAN (Ethical research). Saya mengerti dengan etika penelitian ini, salah satunya adalah kejujuran dan respek terhadap objek penelitian, namun walau demikian saya sangat terkejut sekaligus menjadi terbebani manakala Supervisor mempertanyakan apakah saya mampu menjunjung tinggi etika riset dengan respek dan berlaku jujur dan adil terhadap objek penelitian saya, sementara saya mempunyai pandangan pribadi yang mungkin dapat dikatakan 'tidak disangka' oleh Sang Supervisor......

Akhirnya selama beberapa hari (lebih seminggu) saya dan penelitian saya tergantung (bukan gantung diri yah...hehe). Mencoba mencari orang-orang yang dapat menjadi tempat saya bertanya dan sharing (setidak-tidaknya orang yang mau mendengar ocehan saya tentang Sexuality), secara saya kan ga bisa sharing dengan teman sekelas karena takut salah persepsi dan salah interpretasi (jika komunikasinya dalam English...maklumlah, saya kan ga bisa ngomong English dgn jelas..istilahnya masih cadel...hehe). Saya (pura-pura) menyempatkan diri menemui Tutor pribadi saya (hehe...) khusus English hanya sekedar untuk curhat (itu juga karena ide dia yang sarani booking tutorial...hehe..ternyata disini bisa nepotisme juga!!). Sekedar bicara dan mendengar... maksudnya saya yang bicara dan dia mendengar...itu sudah cukup untuk menentramkan hati. Biarpun dia ga bisa kasih saran jitu sebagai solusi. Mungkin selain dia ga familiar dengan topik saya, dia juga ternyata punya tujuan lain...hiks...mengevaluasi Speaking saya ternyata....hehe (testimoninya terungkap melalui email yang terkirim setelah meeting). Anyway, saya ternyata masih belum merasa masalah saya selesai. Kiriman email ke sang Supervisor untuk menjawab keraguan beliau terhadap etika riset saya ternyata tidak dibalas. Serasa sedih, bimbang, lapar, dahaga, ngantuk dan sebagainya mengiringin babak baru dalam polemik ini. Dan karenanya memulai sesi chatting via Skype yang berawal dari Rumah Keramas-an di dekat Shanklin Road... (saya pikir saya terlalu banyak mengeluh sehingga sang Shanklin Road menjadi bosan...hehe). Namun terima kasih banget mau mendengar dan membaca text-text saya serta membantu untuk mencoba menyelesaikan polemik hidup saya yang tiada berkesudahan ini...(melow dah...!!).

Banyak orang yang ternyata saya libatkan dalam masalah saya... (apakah mereka bosan dan ikutan frustasi mendengar ocehan-ocehan saya??? semoga tidak... :D). Apalagi setelah pengiriman email untuk mengganti topik riset menjadi masalah (yang akhirnya direspon dengan request akan the rough thoughts dari Supervisor). Housemates, classmates sampe Indo-mates...semua menjadi korban...hihi... Tapi syukurnya ga ada yang protes, jadi saya tetap saja mengeluh...

Permasalahan menjadi sedikit terbantu saat saya kebetulan punya meeting lagi (untuk penulisan paper) dengan Programme Convenor saya yang baek hati dan penyabar... Support yang sangat penting ini seperti men-charge semangat saya untuk kembali mengontak sang Supervisor dan meyakinkan beliau bahwa saya adalah orang baik-baik dan bisa beretika... (hehe..). So, email yang penuh rendah hati terkirim dan meyakinkan beliau (supervisor) dengan melampirkan 2 topik yang berbeda sekaligus (Homosexuality dan Sex Trafficking)... Jawabannya: I am happy work on Homosexuality... so, saya memilih topik ini karena saya pikir saya hanya student...dan akan lebih memudahkan bagi saya jika saya memilih topik yang disukai oleh Supervisor. I am sure you have a lot knowledge on that, so I can learn more from you. And then dia tidak berhenti sampai disitu... Kiriman pertanyaan teknis riset dan saran Research Questions pun berdatangan... Pagi ini saya mendapat respon akan email yang saya kirim pukul 1 dini hari tadi, All sounds good... (Dibalik kesulitan itu, ada kemudahan...semoga ALLAH memberi petunjuk bagaimana saya dapat memperoleh sejumput ilmu-Nya melalui riset ini, InsyaALLAH)...

Karena Supervisor saya nyinggung2 Waria, maka saya mulai menyusuri sepakterjang kelompok ini... Video2 waria di Youtube, yang menghabiskan siang saya hari ini, semakin membantu saya untuk memahami permasalahan yang akan menjadi isu sentral riset saya. Dan video ke-5, membawa saya kembali ke masa lalu, disaat saya di dalam Taksaka II menghabiskan satu malam untuk perjalanan Jakarta-Yogya dan disaat yang lain satu malam lagi Yogya-Jakarta saat masih sekolah di Yogya beberapa tahun yang lalu. Setiap kereta melewati Stasiun Purwokerto, beberapa orang Waria akan bernyanyi sepanjang gerbong kereta dengan alat musik ala kadarnya sambil menyodorkan kantong permen yang sudah kosong dengan maksud agar para penumpang berkenan mengisi kantong permen tersebut dengan uang-uang receh. Setiap kali mereka masuk kereta dan bernyanyi, setiap kali itu pula tidur saya akan terputus. Bukan karena merasa terganggu dengan suara mereka yang (kurang) bagus, melainkan karena saya kepingin sekali melihat bagaimana mereka berceloteh dan berkomunikasi dengan para penumpang yang usil... hehe.. dan sering kali celotehan mereka sangat terkesan lucu, nakal dan spontan... Apakah kehidupan sehari2 mereka juga seperti itu?? Sangat menarik jika dapat mengetahui bagai mana mereka bernegosiasi dengan lingkungan sekitar mereka yang sering kali memandang mereka aneh dan lucu (sebagai bahan lelucon). Dan bagaimana sebaliknya, masyarakat dilingkungan mereka menanggapi cara para Waria berinteraksi dan bersosialisasi dengan mereka.. Apakah para Waria ini selalu ter-diskriminasi karena mereka berbeda?? Bagaimana mereka memandang perbedaan yang mereka miliki?? Seberapa besar dan jauhkah perjuangan mereka untuk memperoleh akses-akses publik yang semestinya diberikan oleh negara?? Apakah Waria yang melacurkan diri memiliki pilihan pekerjaan lain selain pekerjaan tersebut?? Bagaimanakah mereka bernegosiasi dengan nilai-nilai agama?? Apakah mereka menjalankan ibadah agama walaupun agama (Islam) telah secara tegas mengatakan bahwa hubungan yang alami adalah antara laki-laki dan wanita??

Mungkin itulah sebagian besar pertanyaan yang muncul dan maybe salah satunya adalah pertanyaan riset saya (saya harus segera memutuskannya)... Semoga...


Ashurst Road,
Falmer

22nd May 2010


PS : ah...ternyata saya masih harus banyak belajar...belajar apapun!!


Source of pictures:

http://www.ilcnsw.asn.au/assets/question.png
http://www.comedycentral.com/press/images/southpark/SPBoys-ClassmatesOutside.jpg
http://www.worcestershireofficefurniture.co.uk/img/meeting_2.jpg


Saturday 1 May 2010

A Letter to friends of mine







Dear guys,

Thanks a lot for the news.

'Every woman has the right to be under the shelter of a man', in terms of Muslim married women within Muslim communities, in my opinion the statement is true. This is the women's rights to have any protection from her husband (in many aspects, including financial and social life) and the are sort of the husband's responsibilities. If the husband cannot meet their responsibilities, the wife can weigh up the alternative to divorce. I think it does not mean that Islam places women status in the below and men in the upper.

Even though everybody has same status in the God's eye (s), in terms of human rights, but they have been created with different functions and responsibilities. I hope my short explanation makes sense. Polygamy is not easy to do by Muslim men. There are so so many conditionality that should be considered. You can find this in Al-Quran. You can start from Al-Quran if you want to understand Islam and its law in the complete form. Or you will get very tiny knowledge of Islamic law if you only pick it from particular issues and discourses separately; polygamy, veil, jihad. etc... and less knowledge of Islam leads to misunderstanding and unfair perspectives.

I agree with the Gender Minister of Malawi that the ban/bill should be communicated to Muslim communities before the bill is implemented in order to avoid the angers and conflicts, vertically and horizontally. However, the bill could not rely on "men could not give their full attention to more than one woman"... of course a man can not ignore his feeling to one wive more than others, its natural feeling. Hence, in terms of polygamy, the main conditionality is EQUITY. If the man can not give the Equity for all of his wives, My God says one wife is better (you can find the text in Al-Quran).

If the state concern on women' problems who live in that kind of community (polygamy), the bill/ban is not only the way to solve the problems. I believe you know a lot about women's empowerment though. Moreover, in Islam, as I believe, the polygamy is one of many ways to avoid adultery (zina) or sexual intercourse before married within Muslim communities.

I have an interesting link which discusses about women, men and marriage in Islam. It's not all about polygamy but it tells Muslim women' dilemma in most Muslim communities. http://www.emel.com/article?id=71&a_id=1964

Cheers,
Me



Source :

An email from a friend who sent me a news about: Muslims in Malawi have been angered by government plans to ban polygamy.

Emel magazine, Vol 67. April 2010.
Imam Zahid Shakir (Emel-Reflection)
Jeremy Henzell-Thomas (Emel-Reflection)

Monday 26 April 2010

THE LOVE DEITY: Jauhnya Cinta

Judul yang aneh...mungkin itu yang terlintas pertama saat membaca artikel ini. Saya pun juga merasa aneh saat menemukan kata-kata itu “the love deity”... apakah istilah ini bisa dipakai untuk si Cupid? Kalau si Cupid sih saya rada-rada kenal, soalnya kan sering ditulis-tulis dikulit-kulit pohon di taman atau dibatu-batu gede dipinggiran kali oleh pasangan-pasangan yang sedang dimabuk cinta (ini sepertinya berlebihan deh!!...). Nah, kalo si “love deity” ini, sepertinya baru kenal. Beberapa hari yang lalu persisnya. Apakah karena vocab bahasa Inggris saya yang ancur yaa?? atau emang kami belum saling kenal?? (hehe..).

Anyway, saya ambil judul ini karena saya pikir, saya perlu menghimpun beberapa episode cerita cinta seorang teman (disuatu tempat yang dirahasiakan...hehe!!). Perhaps, sepertinya agak berlebihan karena saya sama sekali belum meminta izin resmi kepada beliau..tetapi karena ide ini harus segera ditulis (biar ga keburu hilang), maka mengenai izin, belakangan saja saya pikir.. As I was saying, cerita ini tentang kisah cinta seorang teman yang sebenarnya awal-awal dia sulit mengkategorikan kalo sebenarnya ini kisah cinta. Setelah beberapa bulan ngadain sesi konsultasi melalui skype, ternyata kita berdua menyimpulkan bahwa ini adalah cerita cinta...lebih tepatnya cerita cinta yang ‘tragis’ dan penuh dengan deraian air mata.. (terlalu berlebihan ga ya??). Tapi it’s true!! Maksudnya uraian air mata..it’s true!!

Once upon a time, ini label-nya Disney’s movies, tak seperti cerita biasanya. Segala sesuatunya dimulai dengan ketidaksengajaan. Memulai cerita ringan dengan ‘say hello’ di akhir pekan setelah selama satu minggu berkawan dengan buku dan literatur English (jujur, saya butuh satu minggu untuk baca dua literatur kuliah saya selama seminggu...hehe). Selanjutnya kita memulai dengan sesi ‘curhat’ berbagi cerita. Karena saya orang yang lebih suka mendengar, maka saya hanya mendengarkan kisah dari seberang sana, tentang perasaan seorang wanita yang terabaikan dan terlupakan (berlebihan lagi deh!!)...hehe.

Kisah ini pada dasarnya adalah cerita betapa sulitnya menjalani dan menjaga hubungan ‘percintaan’ jarak jauh. Segala sesuatu menjadi tidak pasti dan menimbulkan pertanyaan tak terjawab mana kala sebuah kabar dari seberang tidak pernah lagi mengisi ruang ‘chatting’ (soalnya kontak selalu dilakukan secara online..). Dugaan yang pada akhirnya berujung kepada sangkaan provokatif menjadi teman setia sang teman. Misalnya pertanyaan awal hanya berkisar; Kenapa ya?? Ada apa ya??atau Koq ga online ya?... Kemudian karena pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak terjawab, maka segera berubah menjadi sangkaan provokatif; Pasti ada yang lain?? Cewek yang di FB dia pasti ada apa-apanya!! Pantesan ga pernah kasih kabar, soalnya sedang sibuk sama cewek laen siihhh!!atau Apa salah gw sampe dibuat begini...kalo emang ga mau lagi, ya udah nih gw skalian apus deh nama dia di YM gw...(hehe.. sadis banget deh!!!).

Yah...begitulah, sulitnya berhubungan jarak jauh begini. Perbedaan waktu dan tempat yang mencolok antara teman dan sang lelaki-nya menjadi sebuah alasan yang sangat sering digunakan untuk pemutusan hubungan sepihak atau kedua belah pihak. Saya pikir sih mungkin emang seperti itu adanya. Emang sih banyak yang menganggap jarak tidak dapat menjadi alasan untuk putusnya suahu hubungan percintaan yang suci (hiks...). Namun yang namanya kontak reguler secara fisik (Nah..untuk point ini jangan negatif dulu pikirannya!!!) itu sangat penting dan menjadi faktor penentu langgengnya suatu hubungan.. Saya akan menjelaskan istilah ‘kontak reguler secara fisik’ yang saya gunakan sebelumnya. Maksudnya adalah kontak dengan menggunakan ‘Indera’ manusia, seperti mata (melihat; langsung dan tak langsung), telinga (mendengar; seperti melalui telepon), dan lain-lain (saya sulit untuk mengatakan bagian Indera yang lain. Sulit menterjemahkannya tanpa meninggalkan kesan ‘negatif’ dalam benak pembaca...hehe...kulit, lidah dan hidung!!). Kalaupun ada hubungan jarak jauh yang langgeng sampe akhirnya bertemu kembali, itu hanyalah sedikit jumlahnya.. masih bisa dihitung dengan jari (jari 5000 orang...hehe).

So, dimana bagian gender-nya pada cerita ini?? Kerena saya emang setiap minggunya punya sesi gender di kelas, jadi pertanyaan ini selalu muncul dari tutor saya apabila saya memberi tanggapan atas kuliahnya dan bercerita tentang Indonesia dalam versi saya...hehe.. Menurut saya, disini sangat kental nuansa gender-nya. Perempuan yang selama ini berada pada posisi menunggu dan pasif, seperti yang menjadi stigma di dalam masyarakat selama ini, menjadi kendala adanya hubungan cinta yang seimbang. Keputusan ‘harus selalu’ datang dari laki-laki dan itulah yang ditunggu oleh perempuan. Jika suatu ketika sang lelaki tidak kunjung memberi kabar atau keputusan, bagaimana dengan sang perempuan? Menunggu dan terombang-ambing?? Sebegitubesarkah ‘rasa’ ketergantungan itu, sehingga perempuan harus selalu dalam posisi menanti?? Bagaimana jika posisi ini dibalik, atau setidaknya perempuan tidak perlu menunggu dan weigh up mengambil inisiatif yang kemudian dikomunikasikan kepada sang lelaki?? Kelihatannya ‘not bad’... setidak-tidaknya perempuan tidak perlu menghabisakan energi dan waktu hanya untuk menunggu.. begitukah??

Perempuan perlu mengambil sikap atas ke-absen-an lelaki dari ruang lingkup mereka, sehingga stigma ‘menunggu dan pasif’ yang melekat pada ‘identitas’ perempuan dapat diperbaruhi menjadi ‘inisiatif dan aktif’. Saya tidak bermaksud untuk mengeliminir peran lelaki dalam konteks hubungan normal dan natural dengan perempuan. Namun hanya berusaha memahami konteks bagaimana jika perempuan memiliki peran yang sama http://www.only-apartments.com/images/lisbonMe/relaciones-a-distancia.jpgdengan lelaki. Okeh...saya selalu meyakini bahwa lelaki dan perempuan memiliki fungsi dan peranan yang berbeda, namun mereka memiliki kedudukan yang sama (tentu saja dalam hal tertentu, misalnya dalam Islam, ada hal-hal yang dianggap tidak ‘boleh’ sama). Namun seperti Evelyn Blackwood katakan bahwa 'gender remains a problematic concept" (1999:182) dan dalam hal ini, kadang kala memang sulit memahami kesejajaran peran yang sejajar antara laki-laki dan perempuan.

Anyway, cerita cinta sang teman ini hanya intermezo kecil dari keseharian saya di Ashurst musim dingin ini. Mungkin emang teman saya membutuhkan sang ‘the love deity’ supaya cintanya bisa terjaga utuh dengan sang kekasih ATAU memberikan cinta lain yang lebih manis dan bermakna... I hope so!!

Mungkin tulisan saya belum lengkap dan banyak ngawurnya sana sini. Tapi saya harus ke tempat teman untuk memenuhi undangan supper (makan-makan pastinya..) yang sangat sayang jika diabaikan...hehe...

Ashurst Road
Brighton - UK


Source :
Evelyn Blackwood (1999) Tombois in West Sumatra: constructing masculinity and erotic desire. In Evelyn Blackwood and Saskia E. Wieringa, Female Desire: same-sex relations and transgender practices across cultures. New York: Columbia University Press.

Pictures:
http://www.google.com/imgres?imgurl=http://www.toonpool.com/user/5817
http://mossavi.files.wordpress.com/2009/07/missing-person.jpg