Saturday 2 July 2011

The Travellers


Betul kata orang tua dahulu bahwa mencari 1000 musuh lebih mudah daripada mencari seorang teman. Hanya dengan satu kata, kita dapat mendatangkan lebih dari satu musuh. Dan sebaliknya, kita memerlukan ribuan kata dalam rentang waktu yang tidak sebentar, belum tentu kita dapat mendatangkan satu orang teman.
Namun, apabila telah datang kepadamu seorang teman, jangan pernah berhitung berapa banyak hal yang telah kau lakukan untuknya, karena boleh jadi apa yang telah kau berikan tidak sebanding nilainya dengan apa yang diberikan oleh temanmu.
Aq jadi teringat apa yang diucapkan seorang teman lama yang baik hati (aq selalu ingin menjadi temannya sejak pertama kali berjumpa dan itulah yang terjadi hingga akhir hidupnya beberapa tahun yang lalu). Suatu hari saat dia memberikan sesuatu dan dilain hari pemberian itu aq ganti, dia berkata dengan nada yang ‘agak’ tinggi: ‘…jangan terlalu perhitungan dengan teman…’. Tentu saja, dengan sedikit malu aq hanya dapat mengatakan bahwa aq memberi bukan berarti aq mengganti apa yang telah aq terima (atau apakah ini hanya alasanku saja untuk menutupi malu??).
Jadi, apa yang ingin aq sampaikan dalam tulisan ini adalah aq ingin meyakinkan diriku sendiri (berulang-ulang) bahwa apa yang telah kuberikan kepada seseorang merupakan pemberian yang tidak kuinginkan balasannya (dari sang teman). Aq (ingin) percayai apa yang telah (ikhlas) diberikan kepada orang lain semata-mata hanya mengharap ridho Allah. Untuk itu, apa perlu kita berhitung-hitung berapa banyak materi yang diberi kepada seorang teman, jika kita bisa mendapatkan ‘balasan’ yang lebih besar dan lebih bernilai dari Sang Pemilik Alam?? 
Anyway, menjadi seorang teman kadang kala menyenangkan, namun ada juga tidak nyamannya. Terlebih jika mempunya i teman yang berbeda latar belakang sosial dan budaya. Sehubungan dengan hal ini, beberapa hari yang lalu (11 Juni 2011) sepasang ‘teman’ Inggris berkunjung ke rumah. Sebenarnya kami sama sekali belum pernah bertemu, terutama saat aq masih di Brighton. Salah seorang dari mereka adalah putri bungsu dosen (tutor) Bahasa Inggris-ku di the University of Sussex, Inggris saat aq berkuliah disana. Sang dosen sebelumnya telah pernah menetap di Indonesia (Jakarta dan Bandung) pada tahun 1980an, namun sang bungsu baru menampakkan diri di muka bumi saat sang dosen bertugas di Swedia beberapa tahun kemudian. Jadi (tentu saja), menurut sang bungsu, dari ketiga orang anak sang dosen, hanya dia yang belum pernah sama sekali menjejakkan kaki di Indonesia. Ini merupakan alasan yang bagus untuk menyusun rencana akan sebuah petualangan menegangkan ke Indonesia di musim Summer!! hmmm… (lebay mode on)!!
Setelah melalui kiriman beberapa email untuk sekedar pedekate, kami bertemu di bandara setelah aq menunggu penerbangan mereka mendarat dari Padang. Kupikir ini pertemuan yang tidak terlalu hangat, namun juga tidak terlalu kaku mengingat ini adalah pertemuan kami untuk pertama kali. Seperti biasa, aq agak sedikit risih dengan tatapan ‘tajam’ orang-orang disekeliling kami…hiiiii….
Seperti rencana awal (dan setelahnya aq menyesali rencana ini), kami menuju Monas sebagai tempat pertama kunjungan kami. Sepanjang perjalanan, pembicaraan terbuka antara aq dan cewek bule mulai terjalin; tentang perjalannya dengan sang cowok ke Malaysia, Medan dan Padang, tentang sekolahnya, tentang ibunya (pasti), tentang risetku, tentang rencana tes bahasa Inggris-ku minggu depan, tentang sakit perut yang dia dan cowoknya dapat waktu hiking di Gunung Lawang, tentang terima kasihnya atas tempat tinggal di Jakarta ini, dan lain-lain.
Ice (cream) was broken dan kami sudah mulai ‘berteman’ walaupun setelahnya aq tidak dapat menjelaskan lebih banyak tentang Jakarta selain ‘traffic jam’ dan ‘hot weather’. Agak sedikit khawatir melihat mereka berdua harus ‘memikul’ beban ransel yang super gede sambil keliling Monas (dan kemudian ke Istiqlal).
Namun kuakui, mereka memang layak dilabelin ‘the true travellers’… karena setiap kali kutanya ‘are you OK with the huge backpack?’ sang cewek bule selalu berkata ‘it’s fine atau I’m OK…’. Padahal aq yang cuma bawa ransel kecil yang tidak terlalu padat isinya aja sudah ‘ngos-ngosan’ jalan dari Monas ke Istiqlal!! Nah lho!! Heran bercampur kagum bergelimpangan deh di hati. Cewek super!! Bahkan ransel-nya lebih berat daripada bobot badannya sendiri, tapi tetap fine-fine aja…
Namun saat keesokan harinya saat kami jalan ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII), aq sudah tentu tidak melihat lagi ransel-ransel super gede dipunggung mereka. Para ransel sudah diistirahatkan sebentar di rumah dan sang pemiliks bebas melenggak-lenggok tanpa beban berat dipunggung saat menyusuri rumah-rumah tradisional di TMII. Sambil keliling-keliling, kami bertiga mulai berdiskusi hangat tentang banyak hal. Dimulai dengan perbincangan tentang seksualitas, pernikahan, hubungan antar teman atau pacar, homoseksualitas, dan lain-lain (dan sangat mengherankan kami tidak membicarakan tentang budaya dan adat istiadat daerah-daerah di Indonesia padahal kami mengunjungi miniatur rumah-rumah tradisional). 


Diskusi kami bahkan berlanjut di kursi taman lantai 3 di rumah sambil menunggu azan Maghrib. Disini, kehidupan sosial keagamaan dan Muslim dress code mulai dibahas; mengapa anak kecil banyak yang sudah pake’ headscraft? Mengapa ada perempuan Muslim yang pake Burqa? Apakah di Indonesia Burqa merupakan tradisi? Mengapa alkohol haram bagi Muslim? Apa pengaruh alkohol terhadap kehidupan remaja? Mengapa aq ga nyaman jika lawan bicaraku menggunakan sun-glasses? Apakah berbicara dengan perempuan yang menggunakan sun-glasses sama dengan perempuan ber-Burqa? Apakah memakai jilbab ga merasa kepanasan, apalagi di daerah tropis seperti di Indonesia? Mengapa aq menggunakan jilbab di rumah?.... dan banyak hal lain yang dibicarakan sehingga kami menghabiskan hampir 3 jam di kebun.
Betewe, my English traveller friends ini memang baik banget… bahkan waktu di rumah, si cowok mau minum aja musti sempet-sempetin minta izin ‘may I?’ sambil ngambil satu gelas minuman mineral… Trus mau mandi aja bilang ‘can I take shower, please? hehe… Walaupun orang Indonesia super ramah, tapi ga perlu sampe minta izin lah untuk mandi atau minum. Tuan rumah kan jadi salting!! Lagian kan orang Indo punya prinsip ‘anggap aja seperti rumah sendiri’. Jadi yaaaa…bebas-bebas aja laaahh!!
Namun, seperti apa yang ibu-nya sudah sampaikan, ini adalah pengalaman pertama si cewek bule dan cowoknya tinggal dan membaur dengan satu keluarga di Indonesia (eh..dia kan baru pertama kali ke Indo..hehe). Pengalaman pertama merasakan ‘aura’ dan suasana kehidupan tradisional sebuah keluarga Muslim di Jakarta; mendengar suara Adzan (terutama Maghrib, Isya dan Subuh); melihat anak Muslim bergegas menunaikan sholat atau belajar ngaji, melihat ibu rumah tangga Indo yang sibuk menyiapkan makan malam atau sarapan, nonton sinetron Indo yang aktor-aktornya saling membelalakkan mata (sang cowok bule sempat berkata; I’ve never seen soup opera like this. The actors are so expressive with their eyes!! Nah lho…!). Ini pengalaman baru bagi mereka. Apalagi saat aq membawa mereka ke pusat grosir di Cipulir.
Awalnya si cewek bule hanya ingin membelikan sesuatu untuk ibu-nya (dia selalu menyebut nama ibu-nya, Rachel, bila berbicara denganku dan aq selalu mengatakan ‘your mother’ untuk menyebut ibu-nya. Disini, terkadang aq berpikir, terjadi ‘sedikit’ benturan budaya dimana bagiku siapa pun orangnya dan berasal darimana pun dia, senioritas dan ke-tua-an seseorang tetap diletakkan pada posisi yang lebih tinggi sesuai dengan tata karma ke-timur-an. Seringkali aq merasa menyebut ‘your mother’ lebih nyaman daripada menyebut ‘Rachel’, walaupun aq selalu menyebut nama untuk orang yang lebih tua, misalnya kepada para tutor ataupun landlord, saat masih berada di Brighton. Inipun kupikir karena lingkungan yang forced me untuk melakukannya. Of course, aq juga sangat sulit untuk mencari padanan kata ‘panggilan atau sapaan’ yang berasal dari Bahasa Indonesia di dalam vocabulary Bahasa Inggris-ku).
Jadi, mengingat waktu dan suasana jalan di Jakarta, kami memutuskan untuk ke Cipulir mencari gift untuk Rachel sepulangnya kami dari TMII (si cowok bule agak sedikit enggan saat pertama kali kami ingin pergi ke pusat perbelanjaan…biasalaaahh, cowok sih!! Suka meringis kalo sudah mendengar kata ‘shopping’…hehe). Si cewek bule ternyata ingin membelikan batik untuk sang ibu. Yaaahh…walaupun Jakarta bukan produsen Batik seperti Yogya atau Solo atau Semarang atau Pekalongan, tapi untuk urusan harga (setelah dibandingkan dengan Yogya), Jakarta masih unggul jauh… Ditempat langganan Batik di Cipulir, harga baju Batik kualitas bagus masih lumayan murah dan terjangkau bagi kantong turis pelajar seperti teman-teman bule ini. How much? Fifty thousand! OK, I take it… Untuk urusan motif atau corak warna, Batik di Cipulir ga jauh beda dengan di Beringharjo-Yogya. Bukan rahasia lagi kalo batik-batik di Jakarta ini sebagian besar berasal dari usaha konveksi diseputaran Jabotabek. Jadi, untuk urusan harga, corak, model dan ukuran baju para pelanggan ga perlu khawatir dan ga perlu merasa rugi. Buktinya si para bule enjoy banget pas milih-milih Batik disini. Walaupun sekali tertarik dengan satu potong kemeja biru tapi akhirnya ga jadi beli karena kemahalan (how much? One hundred and fifty thousand! Oh no, too expensive. I take another!!), para bule melebarkan sayap pembelian dari ‘a gift for Rachel’ ke ‘I want buy one for my father’ atau ‘is it nice for me?’…. from one to six…hehe (for her, her mother, her father, his, his mother, his father).  
To be honest, aq kagum banget dengan temen-temen bule ini. Dan hal ini aq ceritakan ke ponakan Fauzan Ndut. Mereka masih muda tapi berani mengambil resiko mengunjungi belahan dunia lain dengan bermodalkan pinjaman uang di bank (mereka membayarnya dengan gaji hasil kerja di charity satu minggu setelah tiba di Inggris) untuk membiayai semua biaya perjalanan mereka; tiket pesawat, penginapan, makanan dan transportasi lokal serta souvenir. Mereka mengambil resiko itu dengan harapan mendapatkan sesuatu yang lebih dan tidak ternilai dari petualangan mereka. Sehingga aq merasa begitu senang menjadi bagian dari petualangan mereka dan memberi bantuan kecil dengan menyediakan penginapan bagi mereka di Jakarta.    
Aq selalu mengatakan kepada semua teman-temanku; di kelas Gender, di IDS atau di Sussex atau dimana saja sebelum kami berpisah di Brighton; Don’t hesitate to let me know, whenever, you visiting Indonesia. I am happy to see you in Indonesia…
Pertemanan dan persahabatan (hendaknya) tidak mengenal batas budaya, usia, agama dan kelas sosial. Bila mereka datang kepadamu, jangan katakan ‘I want to reply your visiting’. Namun katakanlah ‘Hey, don’t say good bye coz you’ve just arrived at my home’…. Bingung deh!! Hehe….
  

     

Wednesday 27 October 2010

Pesan kepada Sahabat: Your life has to move on!

Dear Friend, 
Sebelum terlanjur, mohon maaf jika tulisan ini panjang seperti kereta api... Jika lelah membacanya, hentikan saja dan tulislah beberapa kata di statusmu, atau ke dapur dan masaklah sesuatu...hehe

Semua orang melakukan kesalahan... Pertanyaan: Apakah kita punya hak untuk menjatuhkan 'vonis' kepada setiap orang yang melakukan kesalahan (kepada kita)? Jawab: TIDAK... tentu saja tidak!! Itu bukan hak kita!! Itu hak ALLAH!! Hak kita cuma mengetahui dan membantu untuk memperbaiki kesalahan itu. KITA BUKAN SIAPA-SIAPA... DAN BUKAN APA-APA... Kalaupun kita mengambil alih hak ALLAH dengan mem-vonis orang karena perilakunya yang tidak berkenan dengan maunya kita, betapa sombongnya kita!! 

Pasangan Hidup
Saat kita memilih pasang hidup, maka pada saat itu kita (mestinya) mengetahui resiko-resiko yang akan kita hadapi akibat pilihan itu. Hidup ini sulit..sangat sulit (terutama saya pada saat-saat seperti ini; sendirian, ga punya rumah, ga punya duit, ga punya segala-galanya...hiks). Namun mungkin kesulitan itu dapat 'sedikit' diredam dengan tidak mempersulit hidup itu sendiri dengan 'merasa diri paling benar dan sempuran se-dunia'. Dan orang-orang seperti itulah yang banyak berkeliaran di Suatu Tempat yang kita 'tahu itu dimana'. Terkadang terpikir betapa mudahnya hidup  ini kalau semua masalah yang kita hadapi bisa dibagi dengan pasangan kita. Mencari solusi bersama mungkin terasa begitu mudah... Sebagai istri, kita ga perlu susah-susah mikirin besok ada duit ga untuk beli makanan atau bayar kontrakan. Karena sudah ada suami yang HARUS melakukannya... dll deh!!

Aq pikir, semua pemikiran2 itu (punya pasangan hidup) dimiliki oleh setiap wanita (walau sebebas apa pun dia seperti di sini). ALLAH menciptakan manusia dengan sangat indahnya; berpasang-pasangan. Tahu kenapa? Karena ALLAH tahu bahwa manusia itu 'manja'!! Ga bisa hidup sendirian!! Harus 'selalu' dibantu oleh orang laen selama hidup mereka. Pernahkah kamu bertanya dalam hati 'mengapa kamu selalu ingin dibantu oleh suamimu?', atau 'Apakah kamu sudah maksimal membantu suamimu?', atau 'Mengapa suamimu selalu ingin dibantu oleh kamu?'..atau..atau..atau...

Pernahkah kamu bertanya pada dirimu sendiri 'Apakah saya orang yang beruntung?', atau 'Beruntungkah saya mendapatkan hidup seperti sekarang?' (Suami berkarir, Anak yang membanggakan, Pekerjaan yang menjanjikan masa depan cemerlang, dll). Pernahkah kamu bersyukur akan semua itu? Dan pernahkah kamu seperti tiba-tiba terbangun dan seakan-akan kamu tersadar di suatu tempat 'antah berantah' yang di sekelilingmu gunungan emas berlian aneka rupa dan kemudian kamu bertanya 'Apakah ini semua milikku?'. Yah...itulah kamu!! Tapi semua bukan 'milikmu'!! Kamu hanya meminjamnya untuk sesaat. Dan itu artinya kamu tidak memiliki 'hak penuh' untuk memperlakukan apa yang kamu punya semau hati kamu. Tahu kan artinya 'meminjam' selanjutnya? Itu artinya kamu tidak mempunyai 'kontrol' 100%, karena yang memiliki 'kendali' itulah yang akan berperan 'penuh' menentukan kemana, untuk apa dan bagaimana 'pinjaman' itu dikontrol... (do you get my point? ngerti ga? soalnya aq juga bingung...hehe)...

Least but not last, SABAR, BERSYUKUR DAN IKHLAS... itu yang aq pikir bisa kamu lakukan sekarang ini. Suami, anak dan harta bukanlah milik kamu!! Mereka dipinjamkan untukmu supaya kamu bersyukur dengan yang apa kamu punya. Mereka adalah pengingat bagimu bahwa KAMU BUKAN SIAPA-SIAPA DAN BUKAN APA-APA. Itu ujian bagimu dan mengukur sebatasmana kamu selama ini menyadari bahwa ALLAH yang berkuasa atas kamu dan hidupmu dan semua apa yang ada digenggamanmu sekarang.

Bersyukur
Aq yakin sebenarnya kamu ga bermaksud menulis kata2 'yang aneh' di status aq kemarin. Dan aq yakin (mungkin) saat ini memang 'luka hati' itu masih basah dan berdarah. Kamu masih merasakan betapa 'tidak adilnya' perlakuan itu. Namun itulah hidup. Jika kamu tidak diuji, kamu tidak akan lulus. Jika kamu tidak mendapatkan masalah hidup, berarti kamu sudah mati. Masalah membuat kita menjadi lebih 'tahan banting' dan dewasa. Kita dilatih (ALLAH) untuk memahami bahwa kita adalah manusai yang 'sangat' lemah. Emosi mudah teraduk-aduk adalah salah satu kelemahan manusia. Yang sudah pasti harus diketahui (olehmu) adalah, APAKAH KAMU SADAR BAHWA KAMU ADALAH 'MANUSIA'?.

Pepatah bilang 'Berjuang untuk mempertahankan jauh lebih berat daripada mendapatkan'.. itulah yang dapat kamu pegang saat ini. Kamu berjuang untuk mempertahankan apa yang sudah 'dipinjamkan' kepadamu. Hasil akhirnya cuma ada 2: BISA atau TIDAK. Kalau kamu MENYERAH berarti kamu TIDAK bisa dan kalah dari keputusan yang kamu buat saat memilih Suamimu sebagai pendamping hidupmu. Kalau kamu BISA bertahan berarti kamu MEMENANGI perang dengan resiko-resiko yang merupakan efek dari keputusan memilih dia sebagai Ayah anak-anakmu. Memang semua tidak semudah apa yang dikatakan. Tapi MENCOBA yang terbaik adalah pilihanmu sekarang.

Berusahalah menjadi WANITA yang TEGAR dan DEWASA. Saat ini semua orang meyakini bahwa kamu adalah korban... Namun dengan terus menerus menulis hal-hal pribadi yang semestinya tidak menjadi 'konsumsi publik' di FB adalah bukan pilihan DEWASA yang dilakukan oleh orang dewasa. Itu akan menjadi BUMERANG bagimu dan kamu akan semakin terpuruk dengan 'vonis' orang-orang selanjutnya: ISTRI yang GANAS!! hehe... Orang akan menilai kamu rendah dengan 'pilihan' kata yang tidak bijak. Don't do that, please!! Sebelum melakukan itu (kalaupun emang terpaksa), pikirkan perasaan suami dan keluargamu. Terutama Suamimu... dia pasti akan semakin terpuruk!! Ego-nya akan semakin terlukai... dan hal-hal yang 'semula' tidak pernah terpikirkan, bisa saja terjadi (semoga tidaaakk!!).

Memang kadang-kadang untuk menjadi dewasa itu tidak mudah. Kita butuh masalah, ancaman, ketidakstabilan emosi, dll sebagai alat untuk menjadi dewasa. Semoga dengan adanya masalah ini, kalian menjadi semakin 'tertantang' untuk dewasa (berpikir). Semakin menyadari bahwa 'mungkin' kalian pernah salah dalam bertindak, sombong dalam berlaku, angkuh dalam berjalan dan...klik!! ALLAH dengan sekali petikan jari tengah dan jempol membalikkan itu semua menjadi 'keterpurukan emosi, kesengsaraan pikiran dan kesempitan hati'. The next reaksi yang ingin ALLAH lihat adalah: apa yang akan kalian lakukan? Mengingat-Nya kembali atau memasabodohkan keberadaan-Nya dengan tindakan-tindakan emosional yang 'bodoh'!

Apa kamu pernah intropeksi diri sebelum menanyakan 'mengapa mereka tega menyakiti kamu?'. Nah, cari dan temukanlah jawabannya melalu bercermin akan perilaku, perbuatan dan tutur katamu sebelum-sebelumnya. Mungkin ada disatu titik waktu dimana kamu 'tanpa sengaja' menggiring suamimu ke arah 'penghianatan' itu. Wallahualam... Aq yakin mungkin itu salah satu alasan mengapa suamimu 'lupa' dengan keluarga. Tapi mungkin banyak hal lain yang menyebabkannya. Semua sangat complicated!! Namun satu hal yang bisa diyakini bahwa selama kamu belum menyerah dan ingin bertahan serta berjuang, kesempatan untuk menang (melawan luka dan kekecewaan) dan memperbaiki (keluarga) selalu terbuka.

ALLAH Maha Pemaaf dan Penyayang. Copy-lah itu walaupun hanya setitik debu. Yakinlah bahwa kamu melakuka itu bukan hanya untuk Suamimu, bukan semata untuk anak-anakmu, tetapi untuk tabungan 'kebajikan'mu di akhirat kelak. Jika kamu meyakini bahwa kamu adalah istri yang sabar dan pemaaf, insyaallah semua akan berbalas di hari kemudian. Dengan Sabar, Ikhlas dan Tawakal, kamu sudah menanam pohon amal di Surga. Kamu sudah memenangi SEPARUH pertempuran itu. Nah, tinggal separuh jalan lagi untuk memperoleh kemenangan abadi; mengajak Suamimu bertobat dan menata kembali rumah tangga yang kalian idam-idamkan sebelum menikah. Cukup berat memang, tapi itu tidak mungkin tidak bisa dilakukan!!

Lawan Jenis
Ketertarikan kepada lawan jenis atau pun sesama jenis (disini banyak lho yg homo!!) walau sudah menikah pun itu sangat sering terjadi. Memang semuanya kadang-kadang bahkan diluar kendali kita. Kalau sudah begitu, kita hanya lakukan yang terbaik bagi semua. Melindungi suami dan anak-anak adalah lebih sulit bagi wanita. Namun itulah yang juga mesti dilakukan. Kehidupan rumah tangga dapat menciptakan keseimbangan hidup masing-masing individu. Yang menjadi hal penting bagaimana menciptakan hal itu adalah melakukan 'komunikasi' yang intens dan tanpa kenal lelah, sesulit apa pun halangan yang merintangi.

Mungkin selama ini Suamimu yang melindungi kamu dan anak2. Nah, menurut aq, sudah saatnya kamu menunjukin kepada semua orang yang sudah terlanjur 'mencela' kalian bahwa kamu bisa melindungi suami dan anak-anakmu. Tunjukkan kepada mereka bahwa keluarga kalian tidak 'habis' gara-gara kejadian itu. Anggap saja peristiwa itu sebagai 'teguran' bagi kalian, terutama kamu, untuk membenahi diri kedepannya.

Mungkin sangat sulit untuk tidak membenci orang yang sudah menyebabkan Suamimu berpaling dan lupa 'sesaat'. Namun jika kamu bisa membalikkan itu dengan perasaan 'kasihan' dan 'empati' kepada dia (karena belum menikah pada usia yang semestinya menurut ukuran masyarakat kita). Yakinkan dirimu bahwa dia tidak 'seberuntung' kamu yang telah diberi tanggung jawab oleh ALLAH untuk mengurus seorang suami dan anak-anak tercinta sebagai ladang ibadah kamu untuk menggali amal di dunia. MEMAAFKAN mungkin sangat sulit bagimu saat ini setelah 'penghianatan' itu terungkap. Namun itulah HARTA BERHARGA yang kamu miliki saat ini. Berkilauan memanggilmu untuk mendekat dan menyentuh serta menggenggamnya. Segera ambil dan manfaatkan itu untuk mendapatkan HIDUP yang lebih BERKAH.

LANJUTKAN hidupmu tanpa kenal lelah, you have to move on!! Ga ada yang akan menghentikan kamu (selain ALLAH) untuk berjuang mempertahankan apa yang sudah ALLAH amanahkan kepadamu. Amanah itu akan kamu pertanggungjawabkan kelak. Jika kamu terus berjuang, Insya Allah secara perlahan kamu akan menuai BERKAH ALLAH yang tidak pernah kamu duga sebelumnya.

Biarkan orang lain saat ini 'mencela' kalian. Yakinkanlah bahwa kalian 'tidak akan mati' dengan celaan-celaan itu. Keluarlah dan nikmati hidup seperti apa adanya; ke pasar, mall, kantor, rumah makan, dll. Hidup di masyarakat seperti di kota kamu sekarang yang serba 'ingin tahu' emang sulit. Namun tidak sulit jika kalian menghadapinya bersama-sama. Tantang mereka dengan 'senyum ikhlas' dan 'kerja keras'. Bungkam mulut mereka dengan 'perbaikan' rumah tangga yang menakjubkan. Jangan 'memuliakan' mereka (para pencela yang pura-pura simpati dan bertanya) dengan mengisolasi keluargamu dari kehidupan luar yang semestinya menjadi hak kalian untuk dinikmati.

Beri kesempatan bagi dirimu dan Suamimu untuk memperbaiki diri...
Dia adalah hak kamu, tetapi bukan milikmu!! Dia hanya amanah yang harus kamu jaga. Yah...kamu pernah gagal sekali dalam menjaga amanah itu. Namun kamu masih ada waktu untuk 'kembali' menjaga dan memperbaiki kegagalan itu. Bawa dia kembali ke keluarga. Rangkul dia dengan senyum dan keikhlasan hati. Bimbing dia dengan kejernihan pikiran dewasa seorang istri. Maafkan dia karena dia adalah manusia biasa seperti kamu. Genggamlah tangannya erat dengan kehangatan jari-jari seorang wanita tegar. Nyamankanlah dia dengan tutur kata yang halus dan hangat. Cintailah dia sebagai bagian dari tanggungjawab dan kecintaanmu kepada ALLAH. Insya Allah semua akan berjalan mudah bagimu yang saat ini sedang 'sulit'.

Maafkan aq karena baru sekarang bisa bicara seperti ini. Seharusnya aq tahu dari dulu dan membantu untuk menjaganya. Namun mungkin aq memang harus tahu belakangan setelah semuanya terjadi. Atau mungkin aq harus tahu setelah melalui 'perang komen' di status FB-ku...hehe

Sampaikan salamku pada Suami dan Anak-anakmu.

27 Oktober 2010
15 Grand Avenue
Hove


Pictures:

www.penerokajiwa.blogspot.com
www.yunisrikandi.wordpress.com
www.alvinpirlo.wordpress.com

Saturday 9 October 2010

I am not virgin (anymore): When girl's virginity is questioned (by a man)

Mornin' guys,

Although the sky is not bright enough, I get Hove's morning sunlight from my flat's window. It's so fresh when I feel the smooth wind and see the beach from the window. So beautiful Saturday though!!

While I am hearing Sarah McLachlan's songs, my memory return to a comment of mine in The Jakarta Post few days ago. I wrote a comment on a news of the newspaper; 'Councillors mull virginity as criteria for enrolment'. Actually, I got this news from my Indonesian housemate. She told me 'have you heard that a councillor of Jambi Province reveals the issue of virginity test for school age girls?... wow..wow..wow... I was shock and my first comment on that question is 'woooooottt??' (British bangeeetttsss!!! hehe....). And then I said: 'Ohhh...shame on him (the councillor)!!'... It's stupid idea that I ever heard!!... How can he has 'silly' idea like that??... etc... etc... etc deh!! I believe that the main reason is not solely 'concern on morality', rather is sensation matters.

The discourse of Virginity (of girls) as Criteria for School Enrolment seems a 'crazy' strategy to control personal life and morality, girls' lives in particular (the councillor underlines 'morality' in his statement as the main reason of the notion).

I cannot understand how he revealed the issue that it could be seen against human rights, opposites MDGs and even the Indonesian Constitution? Does he know the national development programmes? He is a member of the state apparatus (legislative), how can he say that girls cannot go to school? Does he understand how important education for girls as well as boys is? Education is not merely 'education'. It does mean 'the future'. Education is not only how to produce educated people, but also how to create knowledgeable people and then hope it preserves humanity (bener ga sih?). It could be dignity!! So, how could this man (the councillor) think 'only the virgin girls deserve to get education'?. What is kind of state (or country) that he want to create?. The virgin state?...phewww!! Let me quote Andrea Cornwall's Marginalisation by Sexuality: Report of an IDS Workshop:

'Prevailing gender orthodoxies in development thinking often make it difficult to think beyond the stereotypes of the brutalising man and the victimised woman.... Sex and sexuality have implications for development that go well beyond the frames that currently exist, whether in relation to health and gender (2006:274)'.

You see... 'brutalising man and the victimised woman'. That's really brilliant words to describe the issue of virginity test in Jambi Province. Women always being victim of men when women (private) business is brought to public. Virginity is very very very personal thing that girls have (a question: is man questioned their virginity too?). For most of Indonesian women, they prefer to give it (virginity) to their husbands (not partners) at the first day of their wedding night. Even in most cases, their mothers do not know about their daughters' virginity at all. Can you imagine how hard the girls to answer a question (from strangers) about their virginity are? And they (don't know who they are...) test the virginity without any concerns on the girls' permissions (and their voices). It is clear that sexual control on (women) girls by the test is a part of insensitiveness nature of politician (man) in Indonesia, Jambi Province in particular. Do you know what will happen if the girl do not pass the test and say; I am not virgin? People will see her 'weird' with a (common) social judgement : 'immoral'. Then, the girl lives with new 'status': no school, no friend, isolated, no job, no money, and finally NO FUTURE!! And next, the girl is still under man's control in whole her life.

There are sexual and non-sexual reasons for women's subordinate status... these reasons interact and reinforce one another in many different ways.. (Nussbaum, 1999 in Jolly, 2010:79)

For most Indonesian people, perhaps, (girls) virginity is important (of course), but it cannot be an excuse to discriminate a girl and prohibit her to go school if she is not virgin anymore. This issue challenges the gender mainstreaming in the state institutions, including the regional house of representative (DPRD). I think there is a big question mark in my mind; Does politicians, at national and regional level, understand the meaning of gender mainstreaming? How can they link the regional issues and the development programmes, especially what are stated in RPJM (Middle-term development planning) and also the Millennium Development Goals (MDGs)? Yeaa... the irony is that when the government makes hard effort to combat intergenerational poverty through promotion of education-related programmes, this guy (the councillor) comes with his 'silly' moral idea about virginity test of teenage girls before they enter the gate of school as new students.

Perhaps, he concerns about young people' morality (I think he's very kind man), e.g. free sex activity before marriage. Perhaps, he is trying to reveal a strategy how protect girls from underage pregnancy (because of free sex) that leads to other issues; increasing the number of mortality (young mothers and babies), school dropout, unemployment, etc... But I think, the virginity test is not an effective way to solve the problem, rather creates new problems in society. It could be seen that the virginity test abuse girls' sexual and human rights. If all elements in society; the government, religious leaders, parents, teachers, and so forth concern on the teenagers' future, perhaps, sex education in school from teachers and experts and at home from parents is one solution to 'warn' teenage, boys and girls, to protect themselves from 'inappropriate and immoral' (I borrow from the councillor's thought) activities. Hope they understand that their future is more bright if they realise that there are a lot things to do, rather free sex before marry. Let us think seriously what will happen if some 'powerful people' preserve 'inequality' in development in many ways (on behalf tradition and religious morality) without any 'knowledge' beyond the issues.

And then, I am still questioning: is female virginity too important for male?????


9th October 2010
17 Grand Avenue
Hove


PS: I love Indonesia but maybe Indonesian people, especially who live in Jambi Province, should think a thousand times before they vote their representative (like this man)...


Source:

Cornwall, A., 2006. Marginalisation by Sexuality: Report of an IDS Workshop. Routledge: London.

Cornwall, A., Jolly, S., 2006. Introduction: Sexuality Matters. IDS Bulletin. 37 (5): 1-11.

Jolly, S., 2010. 'Queering' Development: Exploring the Links between Same-Sex Sexualities, Gender and Development. Routledge: London.

http://www.google.co.uk/imgres?imgurl=http://halat.com/virginity.jpg&imgrefurl

http://www.google.co.uk/imgres?imgurl=http://z.about.com/d/atheism/1/0/6/4/3/Protect-Her-Virginity-e.jpg&imgrefurl

Thursday 7 October 2010

Akomodasi: Saatnya berbagi dan saling mengerti

(PS: kemarin sempat menulis cerita tentang tema yang sama dalam Bahasa Inggris, namun karena laptop ngambeg beberapa saat, terpaksa 'dibunuh' dan setelah re-start, ternyata tulisannya hilang entah kemana... aarrrggg!!)

Setelah sempat berpindah-pindah tempat sebanyak 4 kali, ini adalah flat terakhir sebelum pulang kampung akhir bulan nanti. Pada 3 akomodasi sebelumnya, perasaan akan kepemilikan 'power' dan meng-okupasi kamar secara mutlak begitu kuat. Fleksibilitas melakukan 'apa pun yang ku-mau dapat ku-lakukan' di ruangan yang 'hanya ada aku disana' sangat terasa. Namun di flat keempat sekarang ini, berbagi flat dan kamar dengan seseorang terasa begitu berbeda. Setiap saat hanya berdua... Sangat berbeda!

Cerita tentang akomodasi selama di England, dimulai dari Flat 43E Floor 2nd Lewes Court, flat pertama yang didiami selama sebulan penuh saat mengambil kelas Bahasa Inggris (Pre-sessional Course) sebagai persiapan sebelum memulai kuliah 'yang sesungguhnya'. Lewes Court terletak di dalam kampus (on campus), tepatnya di sisi utara University of Sussex. Flat 43 memiliki 5 kamar dan hanya terisi 4 (kamar terakhir diisi oleh mahasiswa Turki yang tiba 2 minggu setelah pre-sessional berjalan). Mendiami flat bersama 3 orang asing untuk pertama kali ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Sangat menarik malahan!! (walaupun setiap akhir pekan jaringan internet sering kali error dan tertutupnya ruangan laundrette setiap kali ingin cuci pakaian). Di flat ini lah dimulai praktek berbicara dalam Bahasa Inggris yang sebenarnya. Berinteraksi dengan dua flatmates dari Cina dan satu dari Slovakia sangat menyenangkan, terutama saat pada waktu yang bersamaan ngumpul di dapur dan masing-masing menyiapkan makanan untuk makan malam. Walaupun sering kali shock dengan keadaan dapur yang 'porak poranda seperti diterjang badai', keingintahuan berbagi pengalaman dan cerita dari negeri lain sangat kuat. Terlebih-lebih saat mengetahui bahwa salah satu flatmate Cina ternyata lahir dan besar di salah satu daerah Muslim di negeri Great Wall tersebut. Pengetahuannya akan tradisi dan paktek-praktek agama (Islam) sehari-hari menciptakan kenyamanan dan melenyapkan 'sedikit' kekhawatiran, terutama masalah penyimpanan bahan makanan (yang tidak bercampur dengan non-halal) dan alat-alat dapur (yang tidak terkontaminasi bahan makanan non-halal). Begitu bersyukurnya mendapat kemudahan ini saat pertama kali menyadari kesesakan hati manakala 'kemiskinan bahasa' seringkali menghambat pembauran dengan classmates dan para tutor di kelas.

Flat kedua ada di 51-53 King's Road yang berhadapan langsung dengan Pantai Brighton. Gedungnya punya lokasi yang sangat strategis untuk plesiran dan refreshing, namun lokasi yang sangat buruk untuk belajar, terutama bagi mahasiswa Postgraduate. Mengingat penduduk setempat sangat menikmati saat-saat hanging out bersama teman dan kerabat di malam hari (dan of course akhir pekan), akomodasi ini dikelilingi klub-klub malam dan bar. Jadi, sangat tidak nyaman jika akhir pekan sudah mendekat, terutama bagi yang 'sial' dapet flat terbawah dan menghadap jalan atau bar. Tidur malam yang diharapkan nyenyak dan nyaman bakal dikawal riuhnya teriakan Brightonians. Namun, tinggal selama 4 bulan di flat ini tidak selalu 'tidak enak'. Terutama sekali jika mempunyai teman-teman se-flat yang seru dan orang 'bersihan'. Flat 8 lantai 3 punya 6 penghuni wanita yang berasal dari negara yang berbeda; Indonesia, Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Mexico dan India. Berbagi cerita di dapur merupakan menu sehari-hari sembari, setiap Jumat, memberi dukungan kepada dancer favorit di 'Strictly Come Dancing'-nya BBC One. Banyak pengalaman yang sangat tak terlupakan selama menjadi bagian dari King's Roaders;
1) Berurusan dengan polisi-polisi 'keren' gara-gara ada kasus pemukulan dan perampokan seorang wanita jam 3 pagi disekitaran flat. Dua kali pintu digedor dan diinterogasi disaat-saat ternyaman untuk tidur malam... hiks.
2) Berhamburan keluar gedung flat sekitar jam 3 pagi (dua kali) gara-gara ada mahasiswa penghuni salah satu flat yang dengan sadar (atau tidak) mengepulkan asap (perhaps rokok?) di kamar (or flat?). Semua kejadian selalu terjadi saat kedinginan malam (atau dini hari) sangat menggigit dan selalu di saat hampir semua penghuni terlelap terbuai mimpi di pantai kapuk. (PS: jika menggunakan 'berhamburan', itu artinya bahwa alarm berbunyi secara tiba-tiba dan sedikit waktu untuk menyambar pakaian yang layak untuk suhu udara 'lumayan' rendah. Itu juga berarti, bersiap-siaplah menggigil di luar selama petugas pemadam kebakaran dan polisi periksa-periksa gedung hampir selama 45 menit...bbrrrr).
3) Room 8A dapat dikatakan sebagai tempat persinggahan sementara teman-teman yang lelah seharian jalan di pantai. Keseringan terjadi pada saat cuaca tiba-tiba berubah dan menjadi buruk, terlebih angin laut yang tiba-tiba meliuk-liuk ganas... (Am I right, Mrs. A?)
4) Flat 8 Floor 3rd hampir selalu ada pesta makan-makan, khususnya untuk anak-anak Jepang dari Flat 3 dan 15 (Kanae dan Saori) yang notabene adalah penggemar berat Nasi Goreng. Secara penduduk flat 8 juga adalah penggemar makanan tersebut, jadinya klop deh dengan makan-makannya...
5) Lagi-lagi, Flat 8 Floor 3rd sering punya acara makan-makan gara-gara ada yang ultah... Saat inilah semua orang di flat menunjukkan keahlian mereka meramu masakan yang biasanya untuk berbagi dengan yang lain. Walaupun total semua ada 6 orang di flat, namun terhitung 2 ultah yang berhasil di-pesta-kan.. Betapa senangnya bisa makan-makan gratis.. hoho!!
6) Pertama kali menikmati hamparan salju di tepi pantai. Bagi sebagian besar orang Indonesia (Asia Selatan dan Tenggara secara umum), salju adalah benda yang paling dinanti-nanti datangnya. Sebuah pertanyaan; 'mengapa tertarik ke Eropa atau Amerika Utara?', jawab; 'Ingin melihat dan merasakan salju'... Dan ada satu hal yang terlupakan pada saat bertemu dengan salju yang sebenarnya; 'DINGIN'!!!


7) Sangat terkejut saat pertama kali mendapat sapaan 'Assalammualaikum' dari cewek blonde Amerika dari belakang (saat posisi berada di depan sink!!) di flat. Inilah sapaan Islami yang pertama kali didengar dari bule yang kemudian hari diketahui adalah seorang 'mualaf' beberapa bulan sebelum dia ke England dan terdampar di Flat 8 King's Road. Sempat malu (kemudian hari) karena tidak menjawab saat di sapa oleh sesama Muslim.. (I'm so sorry, J).

Akomodasi ketiga adalah berupa rumah yang di-sharing kamar-kamarnya oleh 5 orang mahasiswa. Kebetulan kepindahan ke 26 Ashurst Road ini bertepatan dengan mulai lebatnya salju Januari mengguyur bumi. Perbedaan yang tajam antara suasana King's Road yang hangat dan ramai, berubah secara tiba-tiba menjadi dingin dan sunyi. Kesan pertama terhadap rumah dan seisinya adalah kusam dan kotor. Jujur, memasuki rumah ini berarti harus merubah kebiasaan hidup bersih di King's Road menjadi kebiasaan yang 'kalo kamu ingin bersih ya bersihkan saja, kalo ga mau yah biar aja seperti itu'... Semua sifat yang selalu ingin melihat dapur dan toilet bersih menjadi berubah drastis menjadi sifat ga peduli sama sekali...huhu... Hingga pada suatu saat, housemate baru dari Indonesia protes, 'kq bisa sih pake toilet yang super dupper kotor begitu?'... hiks (lagi)!!. Walau bagaimana pun, tinggal di Ashurst memberikan banyak kesempatan untuk belajar, termasuk belajar bagaimana mengembangkan kepercayaan diri untuk Berbahasa Inggris secara praktis. Mengingat housemates 'Duo Thailand' sangat sering memasak (2 kali sehari), sehingga kesempatan berkomunikasi di dapur lebih banyak dibandingkan di King's Road yang rata-rata selalu (berusaha) berbeda jadwal kunjungan ke dapur-nya. Secara psikologis, kepercayaan diri akan menjadi lebih tinggi manakala kita berhadapan dengan seseorang yang 'kurang' dari kita. Kepuasan diri 'merasa lebih' menjadi salah satu sumbu utama yang menyulut keberanian yang luar biasa dalam diri (hehe...). And to be honest, itulah yang terjadi di 26 Ashurst Road!! (Bukan under-estimate) Secara Duo Thailand kurang begitu bagus dalam 'Speaking' karena kurangnya komunikasi verbal dengan sesama penghuni rumah. Sehingga kesempatan (bagi pendatang baru) untuk mengembangkan self-esteem sangat besar dan sangat mubazir untuk dilewatkan (bandingkan 'kepasifan di Gender Class karena keterbatasan self confidence.. *j* ). Selain itu, seringnya malakukan kegiatan bersama di dapur menyebabkan terbukanya ruang-ruang untuk sharing pengalaman study yang menggiring kepada kesepakatan untuk membantu 'mengoreksi English term papers' secara gratis, terutama dari housemate British...hehe.

Dan akhirnya Flat 17 di 15 Grand Avenue menjadi persinggahan sebelum pulang kampung. Mendapatkan flat bagus di lokasi elit dengan harga sangat..sangat murah adalah kejadian yang langka di Brighton. Dengan hanya membayar £100 untuk satu bulan, sebuah flat milik teman berhasil saya tempati dan membuat teman-teman sepenanggung sependeritaan lain bertanya-tanya; 'kq bisa sih??'. Yah, tentu saja bisa!! Dan lebih bisa lagi saat seorang teman-nya teman-nya teman (a friend of friend's friend) menghubungi secara tiba-tiba untuk dapat diperkenankan sharing kamar selama 2 minggu menjelang dia mendapatkan kamar di Brighton. Sempat khawatir dengan ketidaktahuan karakter 'calon' room mate, sampai akhirnya penghuni baru resmi menempati kamar dan flat yang sama. Karena tidak pernah bertemu sebelumnya, pada awalnya masih begitu kaku untuk memulai sebuah percakapan. Hanya beberapa kata yang masing-masing dikeluarkan; perhaps untuk mengukur sejauhmana keramahan masing-masing room mate, 'how's your sleep?, or morning, or good night!!'. Namun setelah percakapan Senin pagi yang 'lumayan' panjang (hampir 2 jam), semua kekakuan mencair dan mulailah kelancaran komunikasi tercipta. Hingga akhirnya percakapan malam di hari berikutnya dengan tema yang 'sangat' pribadi pun terjadi selama hampir 3 jam; agama, pernikahan, dating, cowok, lesbian, pekerjaan, keluarga, dan bahkan seks...hehe (My next story).

Yah... hidup di negeri asing untuk pertama kali seperti ini tidaklah mudah, jadi tidak perlu dipersulit dengan hal-hal kecil yang 'sepertinya' akan menimbulkan kesulitan-kesulitan baru dan pada akhirnya menyulitkan hidup itu sendiri...

Bersyukur sekali bisa mendapat teman-teman melalui perpindahan yang 'sangat mobile' dari satu akomodasi ke akomodasi yang lain beberapa kali hingga membentuk satu jaringan pertemanan dari berbagai latar belakang dan perbedaan (selain pertemanan di kampus tentunya). Hidup bersama dalam satu flat atau rumah, berbagi cerita, tawa, pengalaman, resep masakan dan makanan adalah sangat rugi untuk dilewatkan begitu saja. Saling pengertian dan toleransi adalah salah satu kunci pertemanan se-rumah yang sangat mudah dipupuk manakala semua menyadari akan kesamaan tujuan study di England: KESUKSESAN!!


7 Oktober 2010
15 Grand Avenue
Hove


Monday 6 September 2010

A Short message...

Dear guys,

Today saat dimana semua ilmu yang sudah didapat selama setahun diuji oleh 36 halaman disertasi. Dalam waktu 2 bulan, keterkaitan dan analisa dari kumpulan teori-teori dan argumen-argumen pada disertasi tersebut akan diuji dan dinilai. Apakah memang sudah layak menerima predikat keluaran salah universitas 'bergengsi' di Inggris?

Today, the 6th of September 2010, is submission day of dissertation... wish me luck!!

Actually, so many words that I really want to write but I have to meet up my Saudi Arabian friend now... (to be continued)